BILAL BIN RABAH bag.3

Mengenai Bilal, tidak saja ia memperoleh kedudukan yang merupakan kehormatan bagi agama Islam semata - walau Islam memang lebih berhak untuk itu - tetapi juga merupakan kehormatan bagi perikemanusiaan umumnya. Ia telah menjadi sasaran berbagai macam siksaan sebagaimana dialami oleh tokoh-tokoh utama lainnya.

Seolah-olah Allah telah menjadikannya sebagai tamsil perbandingan bagi umat manusia, bahwa hitamnya warna kulit dan perbudakan, sekali-kali tidak menjadi penghalang untuk mencapai kebesaran jiwa, asal saja ia beriman dan taat kepada Tuhannya serta memegang teguh hak-haknya.

Bilal telah memberikan pelajaran kepada orang-orang yang semasa dengannya, juga bagi orang-orang di segala masa; bagi orang-orang yang seagama dengannya, bahkan bagi pengikut-pengikut agama lain; suatu pelajaran berharga yang menjelaskan bahwa kemerdekaan jiwa dan kebebasan nurani, tidak dapat dibeli dengan emas separuh bumi, atau dengan siksaan bagaimanapun dahsyatnya.

Dalam keadaan telanjang ia dibaringkan di atas bara, dengan tujuan agar ia meninggalkan agamanya atau mencabut pengakuannya, tetapi ia menolak.

Maka budak Habsyi yang lemah dan tidak berdaya ini telah dijadikan Rasulullah SAW dan agama Islam sebagai guru bagi seluruh kemanusiaan dalam soal menghormati hati nurani dan mempertahankan kebebasan serta kemerdekaannya.

Pada suatu ketika, di tengah hari bulat; waktu padang pasir berganti rupa menjadi neraka jahanam, mereka membawanya keluar, lalu melemparkannya ke pasir yang bagai menyala dalam keadaan telanjang, kemudian beberapa laki-laki mengangkat batu besar panas laksana bara, dan menjatuhkannya ke atas tubuh dan dadanya.

Siksaan kejam dan biadab ini mereka ulangi setiap hari, hingga karena dahsyatnya lunaklah hati beberapa orang di antara algojo-algojo yang menaruh kasihan kepadanya. Mereka berjanji dan bersedia melepaskannya asal saja ia mau menyebut nama tuhan-tuhan mereka secara baik-baik walau dengan sepatah kata sekalipun - tak usah lebih - yang akan menjaga nama baik mereka di mata umum, hingga tidak menjadi buah pembicaraan bagi orang-orang Quraisy bahwa mereka telah mengalah dan bertekuk lutut kepada seorang budak yang gigih dan keras kepala.

Tetapi, walau sepatah kata pun yang diucapkan bukan dari lubuk hatinya, dan yang dapat menebus nyawa dan hidupnya tanpa kehilangan iman dan melepas keyakinannya, Bilal tidak mau mengucapkannya.

Memang, ditolaknya mengucapkan hal itu, dan sebagai gantinya diulang-ulanglah senandungnya yang abadi: "Ahad...! Ahad...! Allah Maha Tunggal...! Allah Maha Tunggal...! Pendera-pendera itu pun berteriak, bahkan seakan-akan hendak memohon kepadanya: "Sebutlah Lata dan Uzza" Tetapi jawabannya tidak berubah dari: "Ahad...! Ahad...! "Sebutlah apa yang kami sebut!", pinta mereka pula. Tetapi dengan ejekan pahit dan penghinaan yang menakjubkan ia menjawab "lidahku tidak dapat mengucapkannya...!"

Tinggallah Bilal dalam deraan panas dan tindihan batu, hingga ketika hari petang mereka tegakkan badannya dan ikatan tali pada lehernya, lalu mereka suruh anak-anak untuk mengaraknya keliling bukit-bukit dan jalan-jalan kota Mekah, sementara Bilal tiada lekang kedua bibirnya melagukan senandung sucinya:"Ahad...! Ahad...!

Jadwal Sholat Wilayah Indonesia

Twitter

adgitize

 

revolver map

my ping box

Temanku