Kisah Orang-Orang Yang Dimatikan

Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang keluar dari kampung halaman mereka, sedang mereka beribu-ribu (jumlahnya) karena takut mati; maka Allah berfirman kepada mereka: "Matilah kamu." Kemudian Allah menghidupkan mereka. Sesungguhnya Allah mempunyai karunia terhadap manusia tetapi kebanyakan mereka tidak bersyukur. (QS.2:243) Dan berperanglah kamu sekalian di jalan Allah, dan ketahuilah sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS.2:244) Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka Allah akan melipatgandakan pembayaran kepadanya dengan kelipatan yang banyak. Dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rizki) dan kepada-Nya kamu dikembalikan. (QS.2:245)

Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Ibnu 'Abbas r.a, ia mengatakan: "Mereka adalah penduduk sebuah negeri yang bernama Dawardan." 'Ali bin 'Ashim mengatakan: "Mereka adalah penduduk sebuah negeri yang bernama Dawardan, sebuah kampung yang terletak satu farsakh (3 mil) ke arah Wasith."

Sebagian ulama Salaf menyebutkan bahwa mereka adalah penduduk sebuah negeri pada zaman Bani Israil. Negeri mereka rusak terjangkit wabah penyakit yang sangat mematikan. Maka mereka pun melarikan diri dari kematian dan keluar menuju sebuah tempat. Mereka terdampar di sebuah lembah yang sangat luas. Mereka memadati seluruh tempat di lembah itu. Lalu Allah mengirim dua malaikat kepada mereka. Satu malaikat dari bawah mereka dan malaikat yang lain dari atas. Lalu keduanya berteriak secara serempak. Maka mereka pun mati seluruhnya sekaligus. Lalu mereka dikumpulkan dalam sebuah kandang lalu dibangun dinding dan kubur di atasnya. Mayat-mayat mereka hancur melintasi tercabik-cabik dan tercerai berai.

Beberapa masa kemudian, melintaslah seorang nabi dari kalangan Bani Israil di tempat itu, Nabi itu bernama Hazqial. Ia memohon kepada Allah agar menghidupkan mereka di hadapannya. Allah mengabulkan permohonannya. Allah memerintahkannya untuk mengucapkan: "Hai tulang belulang yang hancur, sesungguhnya Allah memerintahkanmu untuk bersatu kembali!" Maka tulang belulang tiap-tiap jasad pun satu sama lainnya kembali bersatu. Kemudian Allah memerintahkannya untuk mengucapkan: "Hai tulang belulang, sesungguhnya Allah memerintahkanmu agar membungkus dirimu dengan daging, urat dan kulit." Maka terjadilah apa yang dikatakannya sementara ia menyaksikannya. Kemudian Allah memerintahkannya untuk mengucapkan: "Hai ruh, sesungguhnya Allah memerintahkanmu agar setiap ruh kembali ke jasad yang dahulu ditempatinya." Maka mereka pun hidup dan melihat. Allah telah menghidupkan mereka setelah menidurkan mereka dalam waktu yang panjang. Mereka mengucapkan: "Mahasuci Engkau (ya Allah), tidak ada yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Engkau."

Ikhlas, Doa dan Harapan Memberi Spirit dalam Beribadah

Wacana-wacana yang menjadikan "kekurangberanian" atau "kesungkanan" untuk meyakini keyakinan itu secara bulat, baik di praktik maupun di teori (menjadi metode) adalah sebab ada wacana bahwa "Ibadah itu harus ikhlas. Tidak boleh beribadah karena dunia-Nya. Harus karena wajah-Nya semata"

"Katakanlah, 'Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam" (QS. al-An'aam:162)

Kalau kalimatnya seperti di atas, siapa yang berani memberi kritik? Siapa yang berani mengkoreksi? Dan siapa yang berani memberi catatan? Saya pun tidak akan berani. Apa pun yang kita lakukan tentu harus mengikhlaskan diri kita karena Allah semata.

Tapi tunggu dulu! Orang-orang yang mencari dunia milik Allah lewat jalan ibadah pun tidak mesti juga serta merta dikatakan tidak ikhlas. Bagaimana kalau mereka secara cerdas, "memisahkan" antara keikhlasan dan doa? "Memisahkan" antara keikhlasan dengan harapan? Artinya ketika mereka menjalankan, mereka tahu dengan ilmunya bahwa dengan beribadah, dunia akan Allah dekatkan, tapi pada saat yang sama, mereka beribadah sepenuh hati kepada Allah. Harapan pun dia gantungkan semata hanya kepada Allah. Bahwa dia menempuh jalan ibadah, sebab karena Allah dan Rasul-Nya memberi petunjuk demikian. Karenanya, harus percaya dan mengikutinya.

"Katakanlah, 'Hai manusia sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua, yaitu Allah yang mempunyai kerajaan langit dan bumi; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, yang menghidupkan dan mematikan, maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya, Nabi yang ummi yang beriman kepada Allah dan kepada kalimat-kalimat-Nya (kitab-kitab-Nya) dan ikutilah dia, supaya kamu mendapat petunjuk." (QS.al-A'raaf:158)


Contoh salah satu bentuk ibadah adalah sedekah. Lalu Allah memberitahu bahwa kalau sedang disempitkan rezekinya, bersedekahlah. Nanti Allah akan buat apa-apa yang sulit, jadi mudah.

"Dan orang yang disempitkan rezkinya hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya. Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan sekedar apa yang Allah berikan kepadanya. Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan."(QS. ath-Thalaaq:7)

Lalu, kita-kita yang sedang diberi nikmat kesulitan, percaya dan berkenan mengikuti dengan harapan agar benar-benar kesulitan kita dimudahkan Allah. Jalan-Nya yaitu jalan sedekah, kita turuti betul, alias kita bersedekah.
Salahkah kita? Apakah kita disebut tidak ikhlas hanya karena beribadah karena berharap akan kebenaran janji-Nya? Salahkah bila kita percaya sama omongan-Nya? Sama 'iming-iming-Nya?" Salahkah juga kalau kita kemudian bersedekah karena kepengen diberikan kemudahan atau karena kesulitan kita kepengen dihapuskan-Nya? Sedang ini adalah firman-Nya?

Nampaknya tega betul bila disebut tidak ikhlas. Saya lebih suka menyebutnya, "saking percayanya sama petunjuk Allah, lalu kita melakukannya". Dan karena harapan adalah hanya dengan berharap kepada-Nya, maka kita pun berharap agar Allah benar-benar memenuhi janji-Nya, setelah kita tunaikan sedekah.

Saya lebih kepengen menyebutnya dengan "inilah iman", percaya pada seruan dan petunjuk Allah. Dan "inilah tauhid", kita mengesakan Allah. Iman dan tauhid yang kemudian berbuah amal shaleh.

Bahkan menurut pendapat saya, inilah CARA TERCERDAS dan TERHEBAT sepanjang sejarah cara-cara yang dikerjakan manusia, yaitu tinggal mengikuti saja petunjuk-petunjuk di dalam Al-Quran. Gampang! Entah dalam mencari rezeki, atau melepas kesulitan, atau hal-hal lainnya. Sebab cara ini dan petunjuk ini datangnya dari Allah. Dan ketika manusia menjalankan petunjuk Allah, bukankah ia menjadi sebuah ibadah tersendiri? Malah ibadah itu begitu indah dan memberi semangat dalam nilai. Ibadah yang tumbuh atass dasar keyakinan kepada apa yang digariskan Allah, pemilik segala kemudahan. Kita melakukan karena kita percaya pada-Nya. Kita melakukan karena kita yakin pada Allah dan kita mengetahui itu. Lalu iman kita bekerja dengan kekuatan penuh.

Maka, apakah setelah dikembangkan menjadi paragraf di atas masih terjadi benturan? Saya pikir ini adalah sesuatu yang berbeda. Sesuatu yang malah harus dikupas dan ditelaah lebih jauh lagi.

Lalu, ketika ada yang percaya kemudian menjalankan dan merasakannya, salahkah juga bila ia bercerita ini kepada kawan-kawannya, kepada sekitarnya? Bahwa bersedekahlah jika ingin dicabut segala kesulitannya? Lalu salahkah dia bila dia menjadikan pengetahuannya, pengalamannya, sebagai sebuah metode? Bahwa kalau mau keluar dari masalah, bersedekahlah!

Kalau menjadi metode, maka bisa dengan mudah diikuti, dicontoh, dan dirasakan oleh banyak orang. Betapapun, success story lebih mudah masuk ke hati dan pikiran orang. Juga lebih mudah diserap dan masuk menjadi pemahaman bagi banyak orang.

Memperluas Jalan Usaha Memperbesar Hasil Usaha

Semula banyak orang berpikir bahwa hasil usaha dia adalah seukuran kerja, seukuran usaha, seukuran proyek, seukuran dagangan, atau seukuran modalnya. Begitulah selama ini pikiran kita bekerja. Tidak pernah terpikirkan atau jarang terpikirkan bahwa hasil usaha bisa DIPERBESAR lewat jalan ibadah, dan jalan usaha bisa DIPERLUAS lewat jalan ibadah.

Ya, banyak di antara kita yang tidak berani berpikir bahwa jalan ibadah bisa menambah dan memperluas rezeki. Yakin, barangkali iya. Maksudnya, iya yakin bahwa "jalan ibadah bisa menambah dan memperluas jalan rezeki", tapi membicarakannya hingga "menjadi sebuah metode", menjadi sebuah solusi yang "diataskertaskan",tidak sedikit yang kurang berani. Entahlah, atau saya yang "terlalu berani?"

Padahal sebagai sebuah petunjuk, Al-Quran adalah petunjuk,
"(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah)bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda antara yang hak dan yang batil..." (QS. al-Baqarah: 185)

Tentu saja termasuk "petunjuk" untuk mencari rezeki dari Yang Maha Memiliki segala perbendaharaan rezeki.

Kalau Ada Kotoran Cicak ? Berarti Ada Cicak

Sewaktu shalat subuh berjamaah di masjid, setelah melaksanakan shalat sunah sambil menunggu qomat, Amir tanpa sengaja matanya tertuju ke arah satu titik hitam kecil di atas karpet didepan barisan shaf tepat di depannya. Astaghfirullah! sambil matanya dia perlebar memastikan, "kotoran cicak!"

Dalam perasaannya, "nih orang, apa pada ndak tahu ada kotoran cicak di situ?", "tapi kok juga pada ndak ada yang shalat di situ ya?"

Mulailah muncul keinginannya untuk membersihkan kotoran tersebut, tapi 'pake apa?". Kebetulan persis di sebelahnya, seorang "pengurus masjid" sedang melaksanakan shalat sunah, selesainya melaksanakan shalat sunah, Amir menyalaminya sambil berkata "mas, itu ada kotoran cicak di situ! ada kain ndak buat bersihin tuh kotoran?", jawab si pengurus "iya mas, nanti aja setelah shalat subuh" katanya sambil melanjutkan "padahal di atas (maksudnya langit-langit masjid) ndak ada cicak satupun, kok bisa ya ada kotoran".

Amir mendengar ucapan terakhir si pengurus masjid sambil ikut melihat ke atas, dia mulai berpikir, mungkin sekarang si cicak sudah kabur.
Kata "padahal di atas tidak ada cicak, kok bisa ya ada kotoran" masih menjadi pikiran besarnya, sambil jalan pulang dalam pikirannya :
Kalau ada kotoran cicak berarti sudah pasti ada cicak, apa Amir dan si pengurus masjid melihat secara fisik si cicak atau tidak melihat, kesimpulan awal dan keyakinan yang ada antara keduanya, "si cicak itu ada"

Bagaimana dengan alam ini?
Di bumi ini, ada pohon, gunung, sungai, air, api, laut, hewan. Siapa yang membuat?
Di tata surya, ada bumi, matahari, bulan, bintang dan planet lainnya. Siapa yang membuat?

Rasanya tidak perlu melompat pencarian kita "ingin tahu secara fisik atau kasat mata, siapa yang menciptakan alam semesta?" seperti cerita cicak tersebut untuk meyakinkan keyakinan kita bahwa "Semua ini ada yang menciptakan", hati nurani kita secara fitrahnya sudah yakin "kalau ada semua alam semesta ini berarti ada yang menciptakan".

QS.35:40
Katakanlah: "Terangkanlah kepada-Ku tentang sekutu-sekutumu yang kamu seru selain Allah. Perlihatkanlah kepada-Ku (bahagian) manakah dari bumi ini yang telah mereka ciptakan ataukah mereka mempunyai saham dalam (penciptaan) langit atau adakah Kami memberi kepada mereka sebuah Kitab sehingga mereka mendapat keterangan-keterangan yang jelas daripadanya? Sebenarnya orang-orang yang zalim itu sebahagian dari mereka tidak menjanjikan kepada sebahagian yang lain, melainkan tipuan belaka."

Kisah Seorang Bani Israil Yang Terbunuh & Sapi Betina

Allah Ta'ala berfirman, "Wahai Bani Israil, ingatlah nikmat yang telah Aku berikan kepada kalian berupa kejadian luar biasa, yaitu penyembelihan seekor sapi betina dan penjelasan tentang si pembunuh dengan sebab sapi itu. Kemudian Allah menghidupkan kembali orang yang terbunuh itu sehingga dapat ditanya siapa yang membunuhnya."

Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari 'Ubaidah as-Salami, ia bercerita: "Di kalangan Bani Israil ada seorang laki-laki yang mandul, tidak bisa mendapatkan anak, sedang ia mempunyai harta yang melimpah, maka anak dari saudaranyalah (keponakannya) yang menjadi pewarisnya. Kemudian ia dibunuh oleh keponakannya itu. Pada suatu malam mayatnya dibawa dan diletakkannya di depan pintu salah satu dari mereka (Bani Israil). Di pagi harinya, ia menuduh pemilik rumah sebagai pembunuhnya, sehingga mereka pun mengambil senjata dan saling menyerang. Beberapa orang yang berfikiran bijak di antara mereka berkata, 'Mengapa kalian saling membunuh, padahal di tengah kalian ada seorang Rasul Allah?' Mereka pun mendatangi Musa AS dan menceritakan peristiwa tersebut kepadanya. Musa pun berkata,
'Sesungguhnya Allah memerintahkan kalian menyembelih seekor sapi betina. 'Mereka berkata, 'Apakah kamu hendak menjadikan kami sebagai bahan ejekan?' Musa menjawab, 'Aku berlindung kepada Allah agar tidak menjadi salah seorang dari orang-orang yang jahil.'"

'Ubaidah melanjutkan: "Seandainya mereka tidak menentang, niscaya cukup bagi mereka meskipun sapi yang paling buruk, akan tetapi mereka mempersulit diri, maka Allah pun mempersulit mereka hingga mereka sampai pada sapi yang diperintahkan untuk menyembelihnya. Akhirnya mereka menemukan sapi itu di tangan seseorang yang ia tidak mempunyai sapi lain kecuali sapi betina itu. Pemilik sapi itu berkata, 'Demi Allah, aku tidak akan memberikan sapi itu jika harganya kurang dari emas sepenuh kulitnya.' Akhirnya mereka pun mengambilnya dengan harga emas sepenuh kulit sapi tersebut. Kemudian mereka menyembelihnya dan memukul mayat orang tersebut dengan bagian tubuh sapi itu, maka orang yang sudah mati itu pun bangun. Kemudian mereka bertanya, 'Siapakah yang membunuhmu?' Ia menjawab, 'Orang ini', sambil mengisyaratkan kepada keponakannya tersebut. Lalu ia pun terkulai dan wafat kembali. Akhirnya keponakannya itu tidak diberi warisan sedikit pun dari kekayaannya. Sejak itulah seorang pembunuh tidak berhak mendapatkan warisan dari orang yang dibunuhnya."

Al-Faatihah Dalam Shalat

Diriwayatkan oleh Muslim dari Abu Hurairah r.a, dari Nabi SAW, beliau bersabda: "Barangsiapa yang mengerjakan shalat tanpa membaca Ummul Quran di dalamnya, maka shalatnya kurang...kurang...kurang, yakni tidak sempurna." Dikatakan kepada Abu Hurairah: "(Bagaimana jika) kami berada di belakang imam?" Maka Abu Hurairah berkata: "Bacalah al-Faatihah secara sirr (hanya terdengar oleh diri sendiri), karena aku pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda: Allah SWT berfirman:'Aku telah membagi shalat (bacaan al-Faatihah) menjadi dua bagian antara diri-Ku dengan hamba-Ku. Dan bagi hamba-Ku apa yang dia minta. Jika ia mengucapkan: 'Alhamdulillahi Rabbil'aalamin,' maka Allah berfirman: 'Hamba-Ku telah memuji-Ku. 'Jika ia mengucapkan: 'Ar-Rahmaanir Rahiim,' maka Allah berfirman: 'Hamba-Ku telah menyanjung-Ku.' Jika ia mengucapkan: 'Maaliki yaumid Diin,' maka Allah berfirman: 'Hamba-Ku telah memuliakan-Ku.' "Dan Abu Hurairah pernah mengatakan "(Allah berfirman:) 'Hamba-Ku telah berserah diri kepada-Ku. 'Jika ia mengucapkan: "Iyyaaka na'budu wa iyyaaka nasta'iin,, maka Allah berfirman: 'Ini adalah antara diri-Ku dan hamba-Ku, dan bagi hamba-Ku apa yang ia minta'. Dan jika ia mengucapkan: 'Ihdinash shiraathal mustaqiim, shiraathalladziina an'amta 'alaihim ghairil maghdhuubi 'alaihim waladh dhaalliin,' maka Allah berfirman: 'Ini untuk hamba-Ku dan bagi hamba-Ku apa yang ia minta."

Keutamaan Al-Faatihah

Diriwayatkan oleh al;Bukhari dalam Fadhaa-ilul Qur-aan dari Abu Sa'id al-Khudri r.a: "Kami pernah melakukan suatu perjalanan, lalu kami singgah. Kemudian datanglah seorang budak wanita seraya berkata" 'Sesungguhnya kepala suku kami tersengat, dan orang-orang kami sedang tidak ada ditempat. Apakah di antara kalian ada yang bisa meruqyah?' Maka berangkatlah bersamanya seorang laki-laki yang kami tidak pernah menyangka bahwa ia bisa meruqyah. Kemudian ia membacakan ruqyah dan kepala suku itu pun sembuh. Lalu kepala suku itu memerintahkan agar ia diberi tiga puluh ekor kambing dan kami diberi minum susu. Setelah kembali kami bertanya kepadanya: 'Apakah engkau memang pandai dan biasa meruqyah?' Maka ia menjawab: 'Aku tidak meruqyah kecuali dengan Ummul Kitab (al-Faatihah).' Kami katakan: 'Jangan melakukan apapun hingga kita menemui Rasulullah dan menanyakan hal itu kepada beliau.' Sesampainya di Madinah kami menceritakan hal itu kepada Nabi SAW, maka beliau bersabda:
"Bagaimana ia tahu bahwa surat al-Faatihah itu adalah ruqyah? Bagi-bagilah kambing itu dan berikan satu bagian kepadaku."

Bukan karena usaha kita...

"Ayaaah...beli es klim!" kata anaknya Rusman sambil memeluknya, dengan ucapan layaknya anak seusia 2 tahun.
"Ayah baru sampe, capek nak!",
"minta tolong ambil minum buat ayah, ya!" pinta Rusman
"ayah mau minum?, ambiil? (maksudnya diambilkan)" kata anaknya
"Iya, minta tolong ya!", dan anaknya mengangguk


"sudaah, minum" si anak bertanya kepada Rusman dengan maksud "sudah minumnya?"
"iya, sudah, terima kasih"

"yuk, beli es klim" ajaknya sambil menarik tangan ayahnya
"nanti aja, ya?" jawab Rusman
"ayuk, sekalang" katanya dengan muka agak berharap
"ya sudah, ayuk, ambil sandal, yuk berangkat"

Rusman menuruti membelikan es krim, bukan karena dia di ambilkan minum anaknya, bukan hanya karena pelukan rasa sayang anaknya tapi yang lebih mendasar, dia sayang kepada anaknya. Taruhlah anaknya tidak melakukan apa-apa kepadanya, dia tetap akan memberikannya karena rasa kasih sayangnya kepada anaknya.

Bagaimana dengan Allah ?

Allah SWT dalam memberikan segala nikmat kepada kita bukan karena amal sholeh kita, sholat kita tapi lebih didasari oleh sifat Maha Pengasih & Maha Penyayang kepada makhluk-Nya.

Kalau kita kira segala nikmat yang kita terima, entah itu kekayaan, karir, kebahagiaan, sorga atau yang lainnya itu dikarenakan sholat kita, kerja keras kita, harusnya pertanyaannya sudah seberapa benar amal ibadah kita? Iman kita? Ketauhidan Kita? Bukankah semua itu hak mutlak Allah dalam memberikan nikmat kepada yang Allah kehendaki, syukur alhamdulillah Allah mempunyai sifat Maha Pengasih dan Penyayang, biar makhluk-Nya rewel, cemberut, bandel, gembira, penurut, tetap Kasih & Sayang Allah 'melingkupi' semua yang ada di langit dan di bumi, termasuk kita.

AH, SAYA BERUTANG BUDI KEPADA BANYAK KAWAN, BANYAK SAHABAT. TERIMA KASIH UNTUK SEMUA

Dalam suasana yang serba putus asa ini, anak muda tersebut merasakan betul kehadiran istrinya, Maemunah. Istrinya ini jauh lebih muda darinya. Dia, saat tulisan ini dibuat, berusia 27 tahun, sedangkan istrinya 18 tahun. Istrinya hadir sebagai penyemangat hidupnya. Bukan sekadar hadir dengan badannya, tetapi ia hadir dengan jiwanya, dengan ketulusan air matanya yang ia hidangkan kepada Penguasa Alam ini, memohon kebaikan dan perlindungan untuk suaminya. Dia bertutur, "Saya merasakan sentuhan hangatnya ketika ia menyentuh kepala, tangan, dan kaki saya, memijat sambil berkata-kata penuh penyemangat, 'Kakak pasti bisa berhasil. Kakak passti bisa keluar dari kesulitan, Kakak pasti bisa melewati kesukaran hidup. Lihat Wirda, Kak... (anaknya), Allah pasti membantu Kakak, sebab ada Wirda, enggak mungkin Dia lepas tangan... Kakak pasti bisa mendapatkan kembali apa yang Kakak bangun, Kakak pasti bisa mengembalikan apa yang Kakak ambil, sengaja ataupun tidak sengaja... Kakak juga punya "Angka 11" (kelak "Angka 11" ini dijadikan judul seminar wisata hati rahasia angka 11 : cara cepat merengkuh dunia dan mengubur permasalahan)'." Begitu tuturnya, menggambarkan upaya istrinya yang ikut membesarkan hatinya.

Belum lagi kehadiran ayah dan ibunya, pada minggu-minggu ketika ia sangat putus asa pada periode Juli-Agustus 2003. Beliau mendoakan dirinya dan keluarga serta tetap memberikan nasihat-nasihat yang sejuk.

Entahlah kalau dia tidak termotivasi. Mereka-mereka ini : keluarganya, teman-temannya, begitu tulus ada di samping dirinya. Juga saya. Lalu, apa yang bisa dia lakukan untuk mereka? Tentu saja dia jadi bertanya kepada dirinya sendiri. Pertama, dia harus kembali percaya diri, tetap semangat, dan bangkit! Tidak ada yang bisa lebih memberi semangat kecuali dirinya sendiri! Yang lain hanya pendukung. Kedua, dia harus benar-benar memperbaiki dirinya sendiri. Benar-benar memperbaiki diri. Wisata Hati apabila ditotal dengan buku yang terdahulu dan dengan buku saku, baik yang sudah diterbitkan maupun yang belum, sudah berjumlah puluhan buku. Apa jadinya jika dia hingga kini belum insyaf dengan keputusan mengubah diri dan masa depan serta sadar dengan potensi-potensi baik yang dibawa Wisata Hati untuk kami dan untuk orang banyak?

TEH MANIS : MERAIH DUNIA DENGAN KESABARAN (1)

Gula itu selalu manis. Pasti! Manisnya gula gula selalu mengundang semut untuk mendekat dan menjamahnya sehingga ada pepatah yang mengatakan, ada gula ada semut.

Keberadaan gula dengan semut menjadi identik. Gula yang manis, apabila tidak terbungkus rapi, mudah dijamah semut. Wajar kiranya jika kita berpesan kepada "orang manis" untuk berhati-hati agar tidak hilang kemanisannya.

Layaknya garam, gula juga menjadi teman sehari-hari manusia. Seakan tiada hari tanpa gula dan garam.

Begitulah gula. Ia hanyalah satu dari sekian ayat keberadaan Allah. Tuhan Yang Agung. Lihatlah, bagaimana gula bisa saling melengkapi keindahan rasa, berpacu dengan garam dan bumbu-bumbu dapur lainnya, "berkorban" demi apa yang dinamakan kepuasan rasa manusia.

Luqman suka sekali minum teh manis. Menurut penelitian yang pernah didengar Luqman, satu sendok kecil gula yang dicampur dengan teh panas akan mampu merangsang badan hingga mencapai kesegaran. Apabila diminum pada pagi hari, teh akan mengawali kecerahan, dan apabila diminum pada sore hari, teh manis akan mengembalikan kesegaran setelah kepenatan bekerja.

Dunia itu ibarat gula : manis. Ia akan mengundang siapa saja yang ingin mereguknya. Hanya dengan jalan kesabaran, keindahan dunia terasa indah.

"Dan tiadalah ia dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tiadalah ia dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keberuntungan besar."
(QS Fushshilat [41] : 35)


"De... De... teh manisnya mana?" tanya Luqman kepada istrinya, Maemunah.
"Tehnya sudah dari tadi saya taruh dimeja"
"Wah... kok nggak bilang dari tadi?"
"Saya tadi udah bilang. Kakaknya aja yang terlalu asyik baca koran!"
Luqman beringsut, melangkah ke meja.
"Waduuuh...!" tiba-tiba Luqman berteriak kecil. Ia tertegun.
"Ada apa?" tanya Maemunah kaget, sambil melangkah mendekat.
"Disemutin!"

Teh tersebut dikerubungi semut. Hal biasa, seolah merefleksikan ungkapan "dimana ada gula di situ ada semut." Rupanya, semut-semut itu "mendahului" Luqman menyeruput teh manis di atas meja.

Ya sudah, Luqman mengalah. Ia meminta sang istri membuatkan teh manis baru.

Satu hal yang membuat Luqman tertegun adalah ketika ia pandangi kerumunan semut itu. Semut yang "mendahului" Luqman mencicipi teh manis semuanya mati. Tidak ada yang tersisa. Benar--benar tidak ada yang tersisa! Ada yang mati di pinggir cangkir, ada yang mati di pinggir tatakan cangkirnya, dan yang terbanyak mati di tengah cangkir. Mengambang di atas air teh manis tersebut.

Tiba-tiba ia merasa ada getaran hikmah yang hadir di hatinya.

Kesia-siaan. Itulah hikmah yang tersembunyi dari pemandangan pagi itu. Bagi para semut itu, alih-alih mendapatkan makanan, alih-alih merasakan nikmatnya gula, malah kematian yang didapat.

Semut mau mendatangi teh manis karena "undangan tidak tertulis" dari manisnya gula. Mereka memandangnya sebagai sebuah kenikmatan dan makanan bagi kehidupan mereka; mengabaikan pertimbangan akal. (Lagipula, emang ada semut yang mempunyai akal!).

Luqman pun merasakan adanya petikan hikmah yang mampu menghujam relung-relung hatinya. Ia sampai pada satu simpulan bahwa demikian pulalah nasib yang akan dialami oleh orang-orang yang mengejar keindahan dunia tanpa mempertimbangkan kehadiran akal dan menafikan keberadaan Allah sebagai pengawasnya. Apalagi kalau mengejarnya dilakukan secara instan dengan cara memotong kompas. Semakin dikayuh dengan cepat tanpa perhitungan yang matang, akan semakin lekas pula terempas.

SETITIK CAHAYA ITU SEMAKIN TERANG SAJA

Seiring dengan motivasi saya kepada anak muda tersebut dan seiring dengan usaha saya meyakinkan dirinya, anak muda ini memiliki jiwa yang baru, jiwa yang lebih segar, dan pikiran yang fresh. Dibantu oleh pak Syaifullah Sirin, Pak Bambang Trim, Pak Uken Junaidi, dan kawan-kawan, serta rekan-rekan dari Majlis Syifa; terutama Ustadz Basuni Abdullah, Ustadz Ali Rosyad, Bang Herman, Pak Sudahan, Pak Irfan, Pak Yusuf, Pak Iyan, Pak Haji Heri Wahyudi, Pak Herry Wuntu, Pak Ending, Mas Andi, Pak Ramli, Pak Syahrul, Pak Serin, Pak Masyid, Pak Toto, Pak Askor... dan rekan-rekan lain di Majlis Syifa yang terus menemaninya, ikut memotivasi dan membantu sehingga kehidupan anak muda tersebut benar-benar segar, bertenaga, dan lebih bersemangat.

SETITIK CAHAYA ITU SEMAKIN TERANG

Setitik cahaya yang mulai muncul dalam hatinya semakin terang seiring saya memotivasi dirinya. Saya yakinkan anak muda tersebut, dalam bulan Juli-Agustus itu, perlahan tapi pasti, akan kebesaran dan kekuasaan Allah. Saya bakar semangatnya! Saya bangkitkan kepercayaan dirinya!

Pembaca yang budiman, bulan kemudian, Agustus-September, saya mengambil laptop pinjaman adik saya, Faisal, yang akhir-akhir itu jarang tersentuh lagi. Saya torehkan bait-bait baru, bait-bait perenungan. Semula saya tujukan untuk dirinya sendiri, diri anak muda tersebut. Namun, ketika didiskusikan dengan banyak kawan, menurut mereka ada baiknya hal baik disampaikan juga kepada masyarakat yang lebih luas. Begitu katanya. Tulisan itu saya selesaikan apa adanya, tanpa mengurangi semangat saya dalam menulis.

SETITIK CAHAYA TERANG MULAI MENGHIASI HATI KEMBALI

Saya mulai bertanya kepada anak muda tersebut. Mengapa engkau menjadi lemah? Mengapa engkau menjadi kalah? Mengapa engkau dikuasai pikiran pendek kembali? Mengapa engkau larut dalam kesedihan, penyesalan, dan kekecewaan? Mengapa tidak terima saja kenyataan hidup? Mengapa tidak memulai saja kehidupan yang baru dan melupakan kehidupan yang kemarin? Mengapa tidak engkau buang ketakutan dan kekhawatiran? Mengapa engkau memandang sempit hidup ini? Mengapa engkau memandang keterbatasanmu? Mengapa engkau tidak memiliki fighting spirit yang bagus? Mengapa engkau tidak memandang kemurahan hati Allah, Tuhanmu? Mengapa engkau tidak berharap pada kebesaran Allah, Tuhanmu, dan berharap pada kuasa-Nya?
Mengapa, mengapa, mengapa?

Anak muda itu terus saya tanya dan saya tanya.

Segarkan Hidupmu dengan percaya

Ada seorang anak muda yang sangat saya kenal kehidupannya. Anak muda ini bukan saja saya kenal, tetapi juga sangat dekat dengan kehidupan saya, bahkan menyatu. Tak bisa dibedakan dan tak bisa dipisahkan antara dia dan saya. Buku BUAT APA SUSAH? Segarkan Hidupmu dengan percaya ini lahir ketika anak muda tersebut sedang berduka, sedang bersedih. Oleh karena itu, saya pun turut berduka, turut bersedih. Buku ini lahir ketika kepercayaan diri anak muda tersebut sedang surut dan semangat hidupnya melemah.

Hal ini terjadi pada Juli-Agustus 2003 ketika saya komandokan anak muda itu untuk penuh bekerja dengan Wisata Hati.

Uji coba pertama yang saya lakukan untuk diri anak muda ini ternyata cukup efektif untuk mengembalikan kesegaran kehidupannya.

Banyak kejadian dalam rentang Juli-Agustus 2003 lalu yang menyebabkan anak muda tersebut kehilangan banyak hal di dunia ini karena kebodohannya. Dia kehilangan pekerjaannya, usahanya yang justru sedang mekar, sahabat-sahabatnya, dan dia kembali ke titik terendah dalam kehidupannya, bahkan minus. Sesaat kehidupan menjadi gelap untuk dirinya. Dia menjadi makin lemah dan tak berdaya...

Di tempat tidur, dia memandangi istri dan anaknya dengan lemah. Dia pun membayangkan wajah ibu dan ayahnya. Membayangkan wajah saudara-saudaranya dan sahabat-sahabatnya. Dia membayangkan masa lalunya dan masa depannya. Dia bertutur, rasanya seperti mau mati saja. Begitu katanya.

Saat anak muda itu dalam kondisi seperti itulah salah satu penerbit mengabarkan akan mulai menerbitkan dan mendistribusikan buku Wisata Hati KUN FAYAKUUN: Selalu Ada Harapan di Tengah Kesunyian

Ada berapa yang telah ditundukkan untuk kita

Makan..aktivitas ini aktivitas primer yang alhamdulillah kita lakukan setiap harinya, tapi kalau kita coba perhatikan, ada sebuah anugerah besar yang diberikan oleh Allah kepada kita manusia dalam aktivitas makan ini. Suatu pemberian Allah dengan menundukkan makhluk-Nya yang lain di bumi ini kepada kita manusia.

1.Kita makan nasi, seperti kita ketahui nasi berasal dari tumbuhan padi, dan padi adalah makhluk Allah, dia taat kepada Allah dan bersedia kita makan, apa jadinya kalau dia menolak, bisa jadi atas izin Allah, dia tidak mau berbuah.

2.Lauk, entah itu ikan, ayam atau yang lainnya, mereka juga makhluk Allah

3. Sayur

4. Bumbu-bumbu masakan, logam alat makan yang kita pakai, dan lain-lainnya, bukankah mereka juga makhluk Allah.

jadi..ada berapa makhluk yang telah ditundukkan oleh Allah untuk kita hanya pada kejadian aktivitas makan kita? rasanya kalau kita coba hitung pasti ada yang terlewat karena begitu banyak..

segala puji bagi Allah atas segala nikmat yang telah Allah berikan untuk kita, semoga Allah selalu menuntun dan menjaga kita agar terhindar dari sifat kufur nikmat, amin!

72. Dan Kami tundukkan binatang-binatang itu untuk mereka; maka sebahagiannya menjadi tunggangan mereka dan sebahagiannya mereka makan. QS.36, Yaasiin : 72

kalau ada anjing

Bagaimana caranya, kalau kita bertamu di rumah orang, dan kita tidak bisa masuk karena di situ ada anjing galak?

jalan masuk aja.. urusannya bisa gawat!
anjingnya di lempar batu... ntar kita gantian yang di incer

yang benar..panggil 'tuan pemiliknya', biar dia yang nyingkirin tuh anjing


36. Dan jika syetan mengganggumu dengan suatu gangguan, maka mohonlah perlindungan kepada Allah. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. QS.41, Fushshilat : 36

Ibarat anjing, setan adalah makhluk Allah juga, apabila dia mengganggu, Allah mengajarkan kepada kita untuk berlindung kepada-Nya. Semoga kita selalu dalam lindungan Allah SWT, amin!

Membangun Kerajaan Hati Sebelum Membangun Kemewahan

"Tahukah kamu? Jika kamu seperti itu, itu tandanya kamu manusia miskin, miskin hati!" nasihat Haji Ismail pada Boby, anaknya.

Boby mengelola restoran miliknya. Namun, dalam mengelola restoran itu, Haji Ismail banyak menerima laporan yang kurang enak didengar.

"Ayah dengar, kamu suka mengundur-undur gaji karyawan. Kamu juga sering 'mempermainkan' supplier. Empat bon dari supplier sudah numpuk, tapi kamu masih jawab nanti-nanti terus, atau cuma bayar satu bon. Jangan mengambil keuntungan dari penderitaan orang. Itu tidak baik. Buat apa senang, sementara ada orang yang menjadi susah karena ulah kita?"

"Dari mana ayah dengar semua itu?" potong Boby penasaran.
"Ayah nggak sengaja berkunjung ke restoran kamu. Di sana ayah bertemu dengan pemasok minyak tanah. Dia yang cerita. Tega kamu Bob. Pemasok kecil saja masih kamu undur-undurkan bayarannya. Ketika ayah konfirmasikan lebih lanjut, ternyata menemukan semakin banyak hal yang mengecewakan."

"Bob, dengar ya, untuk gaji karyawan, menurut sunnah yang dicontohkan Rasulullah, kalau bisa, kita bayarkan sebelum keringatnya kering. Lalu, untuk para pemasok, kenapa juga kamu tunda-tunda pembayarannya. Toh, kamu juga ingin cepat kalau minta barang ke mereka. Harusnya adil dong. Lagipula, bisnis kamu itu bisnis tunai, bisnis cash. Nggak ada orang makan di tempat kamu, lalu ngutang. Nggak ada, kan?"

Boby hanya terdiam. Dia menganggap ayahnya tidak mengerti tentang bisnis. Boby berprinsip, jika pembayaran bisa ditunda, mengapa harus dibayarkan segera? Bukankah uangnya bisa diputar dulu, diendapkan di bank, dan sebagainya. Begitu pikir Boby.

"Ayah mengerti apa yang kamu pikirkan. Kamu ingin untung lebih besar, kan?" kata ayahnya membaca pikiran Boby. Selanjutnya, keluarlah kata-kata seperti ini, "kamu tahu nggak? kalau begitu, itu tandanya kamu masih miskin; miskin hati!"

Cerita ini, dengan beragam versinya, sangat mudah kita temukan dalam kehidupan sehari-hari. Kita melihat banyak orang kaya tetapi tetap menipu dan terus mengejar kekayaan. Kita juga sering melihat yang berkedudukan tinggi, tetapi terus mengejar kedudukan yang lebih tinggi lagi. Mereka ini, sebagaimana kita, boleh jadi tidak pernah terpuaskan dahaganya. Mereka selalu merasa kurang dan kurang. Akhirnya, sebagaimana disebut Haji Ismail, manusia-manusia seperti ini sangat layak di sebut miskin, bukan orang kaya, bukan orang sukses. Sementara itu, tidak sedikit orang-orang yang ingin kaya, tetapi mencari jalan menuju kaya dengan cara-cara yang salah. Walhasil, mereka bertambah miskin, bertambah susah, dan malah bertambah jauh dari kaya.

Luqman teringat nasihat Haji Muhidin. Katanya, "Bangun dulu kerajaan hati yang mantap sebelum membangun kemewahan." Maksudnya, hilangkan sifat serakah, rasakan kebersyukuran terhadap apa yang ada dalam genggaman kita, selalu mencari kelebihan, bukan kekurangan. Sehingga, kata Haji Muhidin lagi, "kita bisa berbuat banyak dengan apa yang kita miliki, bukan fokus terhadap apa yang tidak kita miliki. Hidup menjadi nikmat karena kita menikmati. Kita pun bisa melakukan semua yang diperintahkan Allah untuk berbagi dan peduli terhadap sesama."

Nah, nasihat Haji Muhidin pada baris terakhir ini, "berbagi dan peduli", menjadi kunci sukses mudah kaya dan sukses. Kemampuan kita untuk berbagi dan peduli, selain tingkat kepatuhan terhadap perintah dan larangan-Nya, menjadi tolok ukur Allah untuk membukakan pintu-pintu kekayaan dan kesuksesan kepada kita. Kekayaan dan kesuksesan yang sebenarnya adalah ketenangan dan kebahagiaan, keamanan dan kesejahteraan. Ukurannya pun menjadi relatif. Ukurannya tidak lagi menjadi ukuran dunia atau ukuran materi. Ia sudah melangkah jauh melampaui ukuran material. Para ulama mengatakan, kekayaan yang sebenarnya adalah kedekatan dan kecintaan kita kepada-Nya. Jika kita sudah dekat dengan Allah, jika kita sudah cinta kepada-Nya, harga dunia menjadi sangat kecil, tiada artinya.

Dikisahkan, Umar bin Khaththab pernah menginfakkan kebun kurma yang dimilikinya gara-gara ketinggalan shalat ashar berjamaah. Ia menganggap kebun kurma dan kicauan burung yang ada didalamnya itu telah 'menyita' waktunya untuk shalat berjamaah. Umar telah sampai pada tahapan menghargai Allah lebih besar dari harga dunia. Bagi beliau, dunia bukan lagi ukurannya. Harga dunia menjadi tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan Allah dan akhirat. Bahkan, bagi seorang Umar bin Khaththab, nilai satu kali shalat berjamaah jauh lebih besar daripada harga dunia, yang ketika itu digambarkan dengan luasnya kebun kurma.

Sekarang lihatlah kita, begitu mudahnya kita meninggalkan shalat berjamaah tepat waktu di masjid, bahkan meninggalkan shalat itu sendiri, gara-gara urusan dunia. Kita tega membelakangi Allah, bahkan bermaksiat dengan rezeki-Nya. Kita pun rela mengabaikan sisi-sisi kemanusiaan yang telah dianugerahkan Allah SWT, lengkap dengan kehormatan, kemuliaan, dan harga diri. Kita gadaikan itu semua demi kekayaan, demi dunia. Inilah sebagian dari wajah kita. Kita masih menghiasi pandangan kita dengan dunia.

Allah Sutradaranya

Dalam kehidupan sehari-hari banyak kejadian yang kita alami, yang kalau boleh di kelompokkan ada kejadian yang kita sukai dan ada pula kejadian yang tidak kita sukai, pahit atau senang, sedih atau gembira.
Suatu ketika, mungkin pernah kita mendapatkan permasalahan di pekerjaan, hutang, keluarga yang tidak harmonis atau yang lainnya, yang sampai-sampai membuat dada kita rasanya sesak, pikiran kacau, mudah tersinggung, jalan keluar yang tergambar dan terlintas selalu hal-hal negative..rasa bermusuhan bertumbuh kepada penyebab masalah ini semua. Kenyataannya? Kita tidak menemukan jalan keluarnya, justru lebih bermasalah dan menumbuhkan masalah yang lainnya. Ada suatu keinginan besar untuk menghentikan semua kejadian ini, ya…ujung-ujungnya bunuh diri!
Berhenti! Bukankah ini seperti sebuah cerita sinetron yang biasa kita lihat di acara televisi, bukankah semua permasalahan yang kita hadapi juga sebuah alur cerita dan orang-orang yang kita temui di kejadian itu adalah para pemeran seperti kita. Kalau ini cerita, dan kalau semua orang adalah pemeran, siapa sutradaranya? Allah, Sang Maha Pengasih & Penyayang, Raja di hari pembalasan, satu-satunya Zat Yang Maha Suci yang layak disembah dan dimohon pertolongan-Nya.

Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran. QS.2:186


Hanya sutradara yang bisa merubah skenario cerita dan para pemerannya. Dan Allah sebagai satu-satunya “Sutradara” sudah berjanji akan mengabulkan permohonan hambanya apabila ia memohon, dan Allah tidak pernah mengingkari janjinya.

KIRIM SMS HARAPAN KEPADA ALLAH

Tahapan umum SMS operator handphone :
1. Ketik pesan di menu tulis pesan
2. Tekan ok
3. Masukkan nomor HP tujuan
4. Tekan send
Selanjutnya dari tahapan tersebut tinggal menunggu report & balasan dari sang tertuju.

Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang, dalam mengabulkan harapan hambanya tidak pernah mempersulit. Sebagaimana gambaran tahapan SMS tersebut di atas, kita hanya melakukan tahapan-tahapan yang harus kita lakukan untuk terkabulnya doa kita. Bukankah setelah menekan “tombol send” kita hanya tinggal menunggu hasil kerja operator nomor handphone kita? Insya Allah tidak jauh beda dengan berdoa kepada Allah, setelah melaksanakannya, serahkan semua kepada Allah, PERCAYA! BERSERAH DIRI! TAWAKAL! Bukankah Allah yang menentukan segala kejadian, bukankah Allah Yang Menguasai langit dan bumi beserta isinya, adakah “operator” lain selain Allah yang bisa mengabulkan doa kita, “Tidak ada Tuhan selain Allah”, setelah tahapan berdoa biarlah Allah “bekerja” dengan kuasa-Nya.
Bertawakal sebagaimana tawakalnya mayat sewaktu dimandikan, semua diserahkan kepada orang yang memandikannya.
Ya Allah, rasanya berat bertawakal kepada-Mu untuk orang yang belum mengenal dengan baik siapa Diri-Mu seperti aku ini, semoga dengan rasa berat inilah menjadi tawasul doaku kepada-Mu dan selalu Engkau pilih diriku dan orang-orang sepertiku termasuk golongan orang-orang yang selalu bertawakal kepada-Mu, amin!

PERKASALAH DENGAN RENDAH DIRI DI HADAPAN ALLAH

SEMUT

Binatang ini sudah akrab dengan kita, di lingkungan sekitar rumah kita hampir bisa dipastikan binatang koloni ini. Dalam kehidupannya, ternyata binatang ini tersusun dari beberapa lapisan masyarakat berdasarkan tugas kerjanya, mulai dari ratu, pasukan dan pekerja, dan ini terorganisir dengan baik.

Kita sering melihat semut-semut lagi berusaha membawa sesuatu yang akan di bawa menuju sarangnya, bisa berupa remahan roti, daun, atau yang lainnya. Itulah semut pekerja.
Saya sering sembari bermain dengan anak melihat semut-semut di halaman rumah sedang membawa daun-daun muda yang sudah rontok ke dalam sarangnya, kalau diperhatikan, subhanallah! Pernahkan terbayang seberapa besar seekor semut pekerja membawa potongan daun muda tersebut, berat barang bawaannya bisa-bisa sekitar empat kali lipat besar tubuhnya. Kalau semisal dengan perhitungan skala besar badan semut berbanding dengan besar badan kita, dan kita harus mengangkat barang yang berskala besarnya sama dengan barang yang dibawa semut pekerja tersebut, pertanyaannya apa kita kuat? Kalau misalnya berat badan kita 70 Kg harus mengangkat barang seberat tiga kali lipat berat kita yaitu 210 Kg, apakah kita kuat? Satu dua orang mungkin kita masih menemukan, tapi di dunia semut kita bisa melihat banyak semut pekerja yang bisa melakukan ini, Subhanallah! Maha Suci Allah yang kuasa menciptakan makhluk kecil yang ternyata memiliki kekuatan melebihi manusia. Satu perhatian tambahan bagi saya, bahwa dengan memiliki kekuatan seperti itu, koloni semut ini masih bersedia bergaul bekerja sama dengan sesamanya, tanpa merasa lebih karena mereka seakan juga merasa kecil secara fisiknya dibandingkan dengan makhluk lainnya.

Kandungan Surat Al-Faatihah

Surat yang mulia terdiri dari tujuh ayat ini mengandung pujian, pemuliaan dan sanjungan bagi Allah SWT dengan menyebut Nama-Nama-Nya yang Husna dan sifat-sifat-Nya yang Ulya. Juga mencakup tempat kembali manusia yaitu hari pembalasan. Selain itu, di dalamnya berisi bimbingan kepada hamba-hamba-Nya agar mereka memohon dan tunduk kepada-Nya, serta melepaskan upaya dan kekuatan diri mereka untuk selanjutnya dengan tulus ikhlas mengabdi kepada-Nya, mengesakan-Nya dan menyucikan-Nya dari sekutu atau tandingan. Juga berisi bimbingan agar mereka memohon petunjuk-Nya menuju jalan yang lurus, yaitu agama yang benar serta menetapkan mereka di atas jalan tersebut. Sehingga ditetapkan bagi mereka untuk dapat menyeberangi jalan yang nyata pada hari kiamat kelak menuju surga yang penuh dengan kenikmatan, di sisi para nabi, shiddiiqiin, syuhadaa' dan orang-orang shalih.

Surat ini juga mengandung targhib untuk mengerjakan amal shalih agar mereka dapat bergabung dengan orang-orang yang beramal shalih pada hari kiamat kelak. Serta memperingatkan agar mereka tidak menempuh jalan kebathilan, agar mereka tidak digiring bersama orang-orang yang menempuh jalan tersebut pada hari kiamat, yaitu mereka yang dimurkai dan tersesat.

Jadwal Sholat Wilayah Indonesia

Twitter

adgitize

 

revolver map

my ping box

Temanku