e-Miracle,Semua urusan menjadi mudah

e-Miracle,Semua urusan menjadi mudah

Kisah Pembangunan Ka'bah

Imam al-Bukhari meriwayatkan dari Ibnu Abbas, ia mengatakan bahwa wanita pertama yang membuat ikat pinggang adalah ibu Ismail, hal itu ia lakukan agar dapat menutupi (kehamilannya) dari Sarah (istri Nabi Ibrahim yang pertama, ibunya Ishaq). Kemudian Ibrahim membawa istrinya (Hajar) dan puteranya, Ismail, yang masih dia susui. Hingga akhirnya Ibrahim menempatkan keduanya di dekat Baitullah di sisi sebuah pohon besar di atas sumur zamzam di bagian atas Masjidil Haram. Dan ketika itu belum ada seorang pun di Makkah, dan juga tidak ada air. Beliau meninggalkan keduanya setelah meletakkan sebuah kantung yang berisi kurma dan tempat dari kulit yang berisi air. Kemudian Ibrahim melangkah pergi, lalu Hajar pun menyusulnya seraya bertanya, "wahai Ibrahim, ke mana engkau akan pergi? apakah engkau akan meninggalkan kami di lembah yang tidak ada seorang pun manusia dan tidak ada sesuatu pun?" Hajar terus menerus menanyakan hal itu, namun Ibrahim tidak menoleh kepadanya. Maka Hajar bertanya kembali: "apakah Allah yang menyuruhmu melakukan ini?" "ya", jawab Ibrahim. Hajar pun berucap: "kalau memang demikian, Dia tidak akan membiarkan kami."

BILAL BIN RABAH bag.3

Mengenai Bilal, tidak saja ia memperoleh kedudukan yang merupakan kehormatan bagi agama Islam semata - walau Islam memang lebih berhak untuk itu - tetapi juga merupakan kehormatan bagi perikemanusiaan umumnya. Ia telah menjadi sasaran berbagai macam siksaan sebagaimana dialami oleh tokoh-tokoh utama lainnya.

Seolah-olah Allah telah menjadikannya sebagai tamsil perbandingan bagi umat manusia, bahwa hitamnya warna kulit dan perbudakan, sekali-kali tidak menjadi penghalang untuk mencapai kebesaran jiwa, asal saja ia beriman dan taat kepada Tuhannya serta memegang teguh hak-haknya.

Bilal telah memberikan pelajaran kepada orang-orang yang semasa dengannya, juga bagi orang-orang di segala masa; bagi orang-orang yang seagama dengannya, bahkan bagi pengikut-pengikut agama lain; suatu pelajaran berharga yang menjelaskan bahwa kemerdekaan jiwa dan kebebasan nurani, tidak dapat dibeli dengan emas separuh bumi, atau dengan siksaan bagaimanapun dahsyatnya.

Dalam keadaan telanjang ia dibaringkan di atas bara, dengan tujuan agar ia meninggalkan agamanya atau mencabut pengakuannya, tetapi ia menolak.

Maka budak Habsyi yang lemah dan tidak berdaya ini telah dijadikan Rasulullah SAW dan agama Islam sebagai guru bagi seluruh kemanusiaan dalam soal menghormati hati nurani dan mempertahankan kebebasan serta kemerdekaannya.

Pada suatu ketika, di tengah hari bulat; waktu padang pasir berganti rupa menjadi neraka jahanam, mereka membawanya keluar, lalu melemparkannya ke pasir yang bagai menyala dalam keadaan telanjang, kemudian beberapa laki-laki mengangkat batu besar panas laksana bara, dan menjatuhkannya ke atas tubuh dan dadanya.

Siksaan kejam dan biadab ini mereka ulangi setiap hari, hingga karena dahsyatnya lunaklah hati beberapa orang di antara algojo-algojo yang menaruh kasihan kepadanya. Mereka berjanji dan bersedia melepaskannya asal saja ia mau menyebut nama tuhan-tuhan mereka secara baik-baik walau dengan sepatah kata sekalipun - tak usah lebih - yang akan menjaga nama baik mereka di mata umum, hingga tidak menjadi buah pembicaraan bagi orang-orang Quraisy bahwa mereka telah mengalah dan bertekuk lutut kepada seorang budak yang gigih dan keras kepala.

Tetapi, walau sepatah kata pun yang diucapkan bukan dari lubuk hatinya, dan yang dapat menebus nyawa dan hidupnya tanpa kehilangan iman dan melepas keyakinannya, Bilal tidak mau mengucapkannya.

Memang, ditolaknya mengucapkan hal itu, dan sebagai gantinya diulang-ulanglah senandungnya yang abadi: "Ahad...! Ahad...! Allah Maha Tunggal...! Allah Maha Tunggal...! Pendera-pendera itu pun berteriak, bahkan seakan-akan hendak memohon kepadanya: "Sebutlah Lata dan Uzza" Tetapi jawabannya tidak berubah dari: "Ahad...! Ahad...! "Sebutlah apa yang kami sebut!", pinta mereka pula. Tetapi dengan ejekan pahit dan penghinaan yang menakjubkan ia menjawab "lidahku tidak dapat mengucapkannya...!"

Tinggallah Bilal dalam deraan panas dan tindihan batu, hingga ketika hari petang mereka tegakkan badannya dan ikatan tali pada lehernya, lalu mereka suruh anak-anak untuk mengaraknya keliling bukit-bukit dan jalan-jalan kota Mekah, sementara Bilal tiada lekang kedua bibirnya melagukan senandung sucinya:"Ahad...! Ahad...!

e-miracle.com - For Your Success

e-miracle.com - For Your Success

BILAL BIN RABAH bag.2

Pada suatu hari, Bilal bin Rabah melihat Nur Illahi dan mendengar himbauannya dalam lubuk hatinya yang suci dan murni. Maka ia mendapatkan Rasulullah SAW dan menyatakan keislamannya. Dan tak lama antaranya, berita rahasia keislaman Bilal terungkaplah..., dan beredar di antara kepala tuan-tuannya dari Bani Jumah, yakni kepala-kepala yang selama ini ditiup oleh kesombongan dan ditindih oleh kecongkakan. Maka setan-setan di muka bumi tampil bermunculan dan bersarang dalam dada Umayah bin Khalaf, yang menganggap keislaman seorang hambanya sebagai tamparan pahit yang menghina dan menjatuhkan kehormatan mereka semua...

Apa...? Budak mereka orang Habsyi itu masuk Islam dan menjadi pengikut Muhammad...? Walaupun demikian, tidak apa! kata Umayah dalam hatinya. "Matahari yang terbit hai takkan tenggelam dengan Islamnya budak durhaka itu!" Memang, bukan saja sang surya itu tidak tenggelam dengan Islamnya Bilal, tetapi pada suatu hari kelak matahari akan tenggelam dengan membawa semua patung-patung dan pembela-pembela berhala itu.

BILAL BIN RABAH bag.1

Bila disebut nama Abu Bakar, maka Umar akan berkata: "Abu Bakar adalah pemimpin kita, yang telah memerdekakan pemimpin kita". Maksudnya ialah Bilal...

Seorang yang diberi gelar oleh Umar "pemimpin kita", tentulah suatu pribadi besar yang layak beroleh kehormatan seperti itu! Tetapi setiap menerima pujian yang ditujukan kepada dirinya, maka laki-laki yang berkulit hitam, kurus kerempeng, tinggi jangkung, berambut lebat dan bercambang tipis - sebagai dilukiskan oleh ahli-ahli riwayat - akan menundukkan kepala dan memejamkan mata, serta dengan air mata mengalir membasahi pipinya, ia akan berkata: "Saya ini hanyalah seorang Habsyi..., dan kemarin saya seorang budak belian!"

Nah, siapakah kiranya orang Habsyi yang kemarin masih menjadi budak belian ini...? Itulah dia Bilal bin Rabah, muaddzin Islam dan penggoncang berhala yang dipuja Quraisy sebagai tuhan! Ia merupakan salah satu keajaiban iman dan kebenaran! Salah satu mu'jizat Islam yang maha besar!

Dari sepuluh orang, semenjak munculnya Agama itu sampai sekarang, bahkan sampai kapan saja dikehendaki Allah, kita akan menemukan sedikitnya tujuh orang yang kenal terhadap Bilal. Artinya dalam lintasan kurun dan generasi, terdapat jutaan manusia yang mengenal Bilal; hafal akan namanya dan tahu riwayatnya secara lengkap, sebagaimana mereka kenal akan dua Khalifah terbesar dalam Islam (Abu Bakar dan Umar).

Anda akan dapat menanyakan kepada setiap anak yang masih merangkak pada tahun-tahun pelajaran dasarnya; baik di Mesir, Pakistan, Indonesia atau Cina... di Amerika Utara, Amerika Selatan, Eropa dan Asia... di Irak, Syria, Turki, Iran dan Sudan... di Tunisia, Aljazair, dan Maroko... pendeknya di seluruh permukaan bumi yang didiami oleh kaum muslimin..., anda akan dapat menanyakan kepada setiap remaja Islam: "Siapakah Bilal itu? Tentulah akan keluar jawabannya yang lancar: "Ia adalah muaddzin Rasul. Asalnya seorang budak, yang disiksa oleh tuannya dengan batu panas, agar ia meninggalkan Islam, tetapi jawabnya: "...Ahad...Ahad...! - Allah Yang Maha Tunggal...Allah Yang Maha Tunggal...!

Dan setelah anda melihat keabadian yang di anugerahkan Islam kepada Bilal..., bahwa sebelum masuk Islam, Bilal ini tidak lebih dari seorang budak belian; yang menggembalakan unta milik tuannya dengan imbalan dua genggam kurma! Tanpa Islam, pastilah ia takkan luput dari kenistaan perbudakan - sampai maut datang merenggutnya - setelah itu orang melupakannya...

Tetapi kebenaran iman dan keagungan Agama yang diyakininya telah meluangkan baginya dalam kehidupan dan riwayat hidup, suatu kedudukan tinggi pada deretan tokoh-tokoh Islam dan orang-orang sucinya...! Banyak di antara orang-orang terkemuka - golongan berpengaruh dan mempunyai harta - yang tidak berhasil mendapatkan sepersepuluh dari keharuman nama yang diperoleh Bilal si budak Habsyi ini...! Bahkan tidak sedikit tokoh-tokoh sejarah yang tidak mencapai separoh kemasyuran yang dicapai Bilal.

Kehitaman warna kulit; kerendahan kasta dan bangsa, serta kehinaan dirinya diantara manusia selama itu sebagai budak belian, berkali-kali tidaklah menutup pintu baginya untuk menempati kedudukan tinggi yang dirintis oleh kebenaran, keyakinan, kesucian dan kesungguhannya setelah ia memasuki Agama Islam.

Semua itu adalah karena dalam neraca penilaian dan penghormatan yang diberikan kepadanya, tak ada perhitungan lain kecuali kekaguman; yakni ketika dijumpai kebesaran yang tidak terduga. Orang menyangka bahwa seorang hamba seperti Bilal, biasanya asal-usulnya tidak menentu; tidak berdaya dan tidak mempunyai keluarga, serta tidak memiliki suatu hak pun dari hidupnya. Dirinya adalah milik tuannya yang telah membeli dengan hartanya, dan kerjanya berada di tengah hewan ternak, pulang balik di antara unta dan domba tuannya. Menurut dugaan mereka, makhluk seperti ini takkan mampu melakukan sesuatu, atau menjadi sesuatu yang berarti.

Kiranya ia berbeda dengan apa yang disangka dan diperkirakan itu. Karena ia mampu mencapai derajat keimanan yang tidak mungkin dicapai oleh lainnya..., lalu menjadi muaddzin pertama bagi Rasulullah dan Islam; suatu amal yang menjadi incaran bagi setiap pemimpin dan pembesar Quraisy yang telah masuk Islam dan menjadi pengikut Rasul.

Benar..., Bilal bin Rabah!
Corak kepahlawanan apakah, dan bentuk kebesaran manakah yang ditonjolkan oleh ketiga kata-kata ini, "Bilal bin Rabah" Ia seorang Habsyi dari golongan orang berkulit hitam. Takdir telah membawa nasibnya menjadi budak dari Bani Jumah di kota Mekah, karena ibunya salah seorang hamba sahaya mereka.

Kehidupannya tidak berbeda dengan budak biasa. Hari-harinya berlalu secara rutin tapi gersang, tidak memiliki sesuatu pada hari itu, tidak pula menaruh harapan pada hari esok. Dan berita-berita mengenai Muhamad SAW telah mulai sampai ke telinganya, yakni ketika orang-orang di Mekah menyampaikannya dari mulut ke mulut. Juga ketika mendengar obrolan majikannya bersama tetamunya; terutama majikannya Umayah bin Khalaf, salah seorang pemuka Bani Jumah, yaitu kabilah yang menjadi majikan yang dipertuan Bilal.

Lamalah sudah didengarnya Umayah ketika membicarakan Rasulullah, baik dengan kawan-kawannya, maupun sesama warga sukunya; mengeluarkan kata-kata berbisa; penuh dengan rasa amarah, tuduhan dan kebencian. Di antara apa yang dapat ditangkap oleh Bilal dari ucapan kemarahan yang tidak berujung pangkal itu, ialah sifat-sifat yang melukiskan Agama baru baginya. Dan menurut hematnya, sifat-sifat itu merupakan hal-hal baru dipandang dari sudut lingkungan di mana ia tinggal. Sebagaimana juga di antara ucapan-ucapan yang keras penuh ancaman itu, tapi pula kedengaran olehnya pengakuan mereka akan kemuliaan Muhammad SAW, tentang kejujuran dan keterpercayaannya.

Benar, didengarnya mereka ta'jub dan keheranan terhadap ajaran yang dibawa oleh Muhammad SAW. Sebagian mereka mengatakan kepada yang lain: "Tidak pernah Muhammad SAW berdusta atau menjadi tukang sihir...tidak pula sinting atau berubah akal..., walau kita terpaksa menuduhnya demikian, demi untuk membendung orang-orang yang berlomba-lomba memasuki agamanya".

Didengarnya mereka membicarakan kesetiaannya menjaga amanat..., tentang kejujuran dan ketulusannya..., tentang akhlak dan kepribadiannya...Didengarnya pula mereka berbisik-bisik mengenai sebab yang mendorong mereka menentang dan memusuhinya, yaitu: pertama kesetiaan mereka terhadap kepercayaan yang diwariskan nenek moyangnya; dan kedua kekhawatiran merosotnya kemuliaan Quraisy, kemuliaan yang mereka peroleh sebagai imbalan kedudukan mereka menjadi markas keagamaan, sebagai pusat ibadah dan upacara haji di kawasan jazirah arab, kemudian kedengkian terhadap Bani Hasyim, kenapa munculnya Nabi dan Rasul itu dari golongan ini dan bukan dari pihak mereka.

e-miracle.com - For Your Success

e-miracle.com - For Your Success

e-miracle.com - For Your Success

e-miracle.com - For Your Success

e-miracle.com - For Your Success

e-miracle.com - For Your Success

Wafatnya Imam Bukhari

Suatu ketika penduduk Samarkand mengirim surat kepada Imam Bukhari. Isinya, meminta dirinya agar menetap di negeri itu (Samarkand). Ia pun pergi memenuhi permohonan mereka. Ketika perjalanannya sampai di Khartand, sebuah desa kecil terletak dua farsakh (sekitar 10 Km) sebelum Samarkand, ia singgah terlebih dahulu untuk mengunjungi beberapa familinya. Namun disana beliau jatuh sakit selama beberapa hari. Dan Akhirnya meninggal pada tanggal 31 Agustus 870 M (256 H) pada malam Idul Fitri dalam usia 62 tahun kurang 13 hari. Beliau dimakamkan selepas Shalat Dzuhur pada Hari Raya Idul Fitri. Sebelum meninggal dunia, ia berpesan bahwa jika meninggal nanti jenazahnya agar dikafani tiga helai kain, tanpa baju dalam dan tidak memakai sorban. Pesan itu dilaksanakan dengan baik oleh masyarakat setempat. Beliau meninggal tanpa meninggalkan seorang anakpun.

Terjadinya Fitnah

Muhammad bin Yahya Az-Zihli berpesan kepada para penduduk agar menghadiri dan mengikuti pengajian yang diberikannya. Ia berkata: "Pergilah kalian kepada orang alim dan saleh itu, ikuti dan dengarkan pengajiannya." Namun tak lama kemudian ia mendapat fitnah dari orang-orang yang dengki. Mereka menuduh sang Imam sebagai orang yang berpendapat bahwa "Al-Qur'an adalah makhluk".

Hal inilah yang menimbulkan kebencian dan kemarahan gurunya, Az-Zihli kepadanya. Kata Az-Zihli : "Barang siapa berpendapat bahwa lafadz-lafadz Al-Qur'an adalah makhluk, maka ia adalah ahli bid'ah. Ia tidak boleh diajak bicara dan majelisnya tidak boleh didatangi. Dan barang siapa masih mengunjungi majelisnya, curigailah dia." Setelah adanya ultimatum tersebut, orang-orang mulai menjauhinya.

Sebenarnya, Imam Bukhari terlepas dari fitnah yang dituduhkan kepadanya itu. Diceritakan, seseorang berdiri dan mengajukan pertanyaan kepadanya: "Bagaimana pendapat Anda tentang lafadz-lafadz Al-Qur'an, makhluk ataukah bukan?" Bukhari berpaling dari orang itu dan tidak mau menjawab kendati pertanyaan itu diajukan sampai tiga kali.

Tetapi orang itu terus mendesak. Ia pun menjawab: "Al-Qur'an adalah kalam Allah, bukan makhluk, sedangkan perbuatan manusia adalah makhluk dan fitnah merupakan bid'ah." Pendapat yang dikemukakan Imam Bukhari ini, yakni dengan membedakan antara yang dibaca dengan bacaan, adalah pendapat yang menjadi pegangan para ulama ahli tahqiq (pengambil kebijakan) dan ulama salaf. Tetapi dengki dan iri adalah buta dan tuli. Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa Bukhari pernah berkata : "Iman adalah perkataan dan perbuatan, bisa bertambah dan bisa berkurang. Al-Quran adalah kalam Allah, bukan makhluk. Sahabat Rasulullah SAW, yang paling utama adalah Abu Bakar, Umar, Usman, dan Ali. Dengan berpegang pada keimanan inilah aku hidup, aku mati dan dibangkitkan di akhirat kelak, insya Allah." Di lain kesempatan, ia berkata: "Barang siapa menuduhku berpendapat bahwa lafadz-lafadz Al-Qur'an adalah makhluk, ia adalah pendusta."

Metode Imam Bukhari dalam Menulis Kitab Hadits

Sebagai intelektual muslim yang berdisiplin tinggi, Imam Bukhari dikenal sebagai pengarang kitab yang produktif. Karya-karyanya tidak hanya dalam disiplin ilmu hadits, tapi juga ilmu-ilmu lain, seperti tafsir, fikih, dan tarikh. Fatwa-fatwanya selalu menjadi pegangan umat sehingga ia menduduki derajat sebagai mujtahid mustaqil (ulama yang ijtihadnya independen), tidak terikat pada mazhab tertentu, sehingga mempunyai otoritas tersendiri dalam berpendapat dalam hal hukum.

Pendapat-pendapatnya terkadang sejalan dengan Imam Abu Hanifah (Imam Hanafi, pendiri mazhab Hanafi), tetapi terkadang bisa berbeda dengan beliau. Sebagai pemikir bebas yang menguasai ribuan hadits shahih, suatu saat beliau bisa sejalan dengan Ibnu Abbas, Atha ataupun Mujahid dan bisa juga berbeda pendapat dengan mereka.

Diantara puluhan kitabnya, yang paling masyhur ialah kumpulan hadits shahih yang berjudul Al-Jami' as-Shahih, yang belakangan lebih populer dengan sebutan Shahih Bukhari. Ada kisah unik tentang penyusunan kitab ini. Suatu malam Imam Bukhari bermimpi bertemu dengan Nabi Muhammad saw., seolah-olah Nabi Muhammad saw. berdiri dihadapannya. Imam Bukhari lalu menanyakan makna mimpi itu kepada ahli mimpi. Jawabannya adalah beliau (Imam Bukhari) akan menghancurkan dan mengikis habis kebohongan yang disertakan orang dalam sejumlah hadits Rasulullah saw. Mimpi inilah, antara lain yang mendorong beliau untuk menulis kitab "Al-Jami 'as-Shahih".

Dalam menyusun kitab tersebut, Imam Bukhari sangat berhati-hati. Menurut Al-Firbari, salah seorang muridnya, ia mendengar Imam Bukhari berkata. "Saya susun kitab Al-Jami' as-Shahih ini di Masjidil Haram, Mekkah dan saya tidak mencantumkan sebuah hadits pun kecuali sesudah shalat istikharah dua rakaat memohon pertolongan kepada Allah, dan sesudah meyakini betul bahwa hadits itu benar-benar shahih". Di Masjidil Haram-lah ia menyusun dasar pemikiran dan bab-babnya secara sistematis.

Setelah itu ia menulis mukaddimah dan pokok pokok bahasannya di Rawdah Al-Jannah, sebuah tempat antara makam Rasulullah dan mimbar di Masjid Nabawi di Madinah. Barulah setelah itu ia mengumpulkan sejumlah hadits dan menempatkannya dalam bab-bab yang sesuai. Proses penyusunan kitab ini dilakukan di dua kota suci tersebut dengan cermat dan tekun selama 16 tahun. Ia menggunakan kaidah penelitian secara ilmiah dan cukup modern sehingga hadits haditsnya dapat dipertanggung-jawabkan.

Dengan bersungguh-sungguh ia meneliti dan menyelidiki kredibilitas para perawi sehingga benar-benar memperoleh kepastian akan keshahihan hadits yang diriwayatkan. Ia juga selalu membandingkan hadits satu dengan yang lainnya, memilih dan menyaring, mana yang menurut pertimbangannya secara nalar paling shahih. Dengan demikian, kitab hadits susunan Imam Bukhari benar-benar menjadi batu uji dan penyaring bagi sejumlah hadits lainnya. "Saya tidak memuat sebuah hadits pun dalam kitab ini kecuali hadits-hadits shahih", katanya suatu saat.

Di belakang hari, para ulama hadits menyatakan, dalam menyusun kitab Al-Jami' as-Shahih, Imam Bukhari selalu berpegang teguh pada tingkat keshahihan paling tinggi dan tidak akan turun dari tingkat tersebut, kecuali terhadap beberapa hadits yang bukan merupakan materi pokok dari sebuah bab.

Menurut Ibnu Shalah, dalam kitab Muqaddimah, kitab Shahih Bukhari itu memuat 7275 hadits. Selain itu ada hadits-hadits yang dimuat secara berulang, dan ada 4000 hadits yang dimuat secara utuh tanpa pengulangan. Penghitungan itu juga dilakukan oleh Syekh Muhyiddin An Nawawi dalam kitab At-Taqrib. Dalam hal itu, Ibnu Hajar Al-Atsqalani dalam kata pendahuluannya untuk kitab Fathul Bari (yakni syarah atau penjelasan atas kitab Shahih Bukhari) menulis, semua hadits shahih yang dimuat dalam Shahih Bukhari (setelah dikurangi dengan hadits yang dimuat secara berulang) sebanyak 2.602 buah. Sedangkan hadits yang mu'allaq (ada kaitan satu dengan yang lain, bersambung) namun marfu (diragukan) ada 159 buah. Adapun jumlah semua hadits shahih termasuk yang dimuat berulang sebanyak 7397 buah. Perhitungan berbeda diantara para ahli hadits tersebut dalam mengomentari kitab Shahih Bukhari semata-mata karena perbedaan pandangan mereka dalam ilmu hadits.

Penelitian Hadits

Untuk mengumpulkan dan menyeleksi hadits shahih, Bukhari menghabiskan waktu selama 16 tahun untuk mengunjungi berbagai kota guna menemui para perawi hadits, mengumpulkan dan menyeleksi haditsnya. Diantara kota-kota yang disinggahinya antara lain Bashrah, Mesir, Hijaz (Mekkah, Madinah), Kufah, Baghdad sampai ke Asia Barat. Di Baghdad, Bukhari sering bertemu dan berdiskusi dengan ulama besar Imam Ahmad bin Hanbali. Dari sejumlah kota-kota itu, ia bertemu dengan 80.000 perawi. Dari merekalah beliau mengumpulkan dan menghafal satu juta hadits.

Namun tidak semua hadits yang ia hapal kemudian diriwayatkan, melainkan terlebih dahulu diseleksi dengan seleksi yang sangat ketat, diantaranya apakah sanad (riwayat) dari hadits tersebut bersambung dan apakah perawi (periwayat / pembawa) hadits itu terpercaya dan tsiqqah (kuat). Menurut Ibnu Hajar Al Asqalani, akhirnya Bukhari menuliskan sebanyak 9082 hadis dalam karya monumentalnya Al Jami' as-Shahih yang dikenal sebagai Shahih Bukhari.

Dalam meneliti dan menyeleksi hadits dan diskusi dengan para perawi tersebut, Imam Bukhari sangat sopan. Kritik-kritik yang ia lontarkan kepada para perawi juga cukup halus namun tajam. Kepada para perawi yang sudah jelas kebohongannya ia berkata, "perlu dipertimbangkan, para ulama meninggalkannya atau para ulama berdiam dari hal itu" sementara kepada para perawi yang haditsnya tidak jelas ia menyatakan "Haditsnya diingkari". Bahkan banyak meninggalkan perawi yang diragukan kejujurannya. Beliau berkata "Saya meninggalkan 10.000 hadits yang diriwayatkan oleh perawi yang perlu dipertimbangkan dan meninggalkan hadits-hadits dengan jumlah yang sama atau lebih, yang diriwayatan oleh perawi yang dalam pandanganku perlu dipertimbangkan".

Banyak para ulama atau perawi yang ditemui sehingga Bukhari banyak mencatat jati diri dan sikap mereka secara teliti dan akurat. Untuk mendapatkan keterangan yang lengkap mengenai sebuah hadits, mencek keakuratan sebuah hadits ia berkali-kali mendatangi ulama atau perawi meskipun berada di kota-kota atau negeri yang jauh seperti Baghdad, Kufah, Mesir, Syam, Hijaz seperti yang dikatakan beliau "Saya telah mengunjungi Syam, Mesir dan Jazirah masing-masing dua kali, ke Basrah empat kali menetap di Hijaz selama enam tahun dan tidak dapat dihitung berapa kali saya mengunjungi Kufah dan Baghdad untuk menemui ulama-ulama ahli hadits."

Disela-sela kesibukannya sebagai sebagai ulama, pakar hadits, ia juga dikenal sebagai ulama dan ahli fiqih, bahkan tidak lupa dengan kegiatan kegiatan olahraga dan rekreatif seperti belajar memanah sampai mahir, bahkan menurut suatu riwayat, Imam Bukhari tidak pernah luput memanah kecuali dua kali.

Karya-karya Imam Bukhari

Karyanya yang pertama berjudul "Qudhaya as Shahabah wat Tabi’ien" (Peristiwa-peristiwa Hukum di zaman Sahabat dan Tabi’ien). Kitab ini ditulisnya ketika masih berusia 18 tahun. Ketika menginjak usia 22 tahun, Imam Bukhari menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci bersama-sama dengan ibu dan kakaknya yang bernama Ahmad. Di sanalah beliau menulis kitab "At-Tarikh" (sejarah) yang terkenal itu. Beliau pernah berkata, "Saya menulis buku "At-Tarikh" di atas makam Nabi Muhammad SAW di waktu malam bulan purnama".



Karya Imam Bukhari lainnya antara lain adalah kitab Al-Jami' ash Shahih, Al-Adab al Mufrad, At Tharikh as Shaghir, At Tarikh Al Awsat, At Tarikh al Kabir, At Tafsir Al Kabir, Al Musnad al Kabir, Kitab al 'Ilal, Raf'ul Yadain fis Salah, Birrul Walidain, Kitab Ad Du'afa, Asami As Sahabah dan Al Hibah. Diantara semua karyanya tersebut, yang paling monumental adalah kitab Al-Jami' as-Shahih yang lebih dikenal dengan nama Shahih Bukhari.



Dalam sebuah riwayat diceritakan, Imam Bukhari berkata: "Aku bermimpi melihat Rasulullah saw., seolah-olah aku berdiri di hadapannya, sambil memegang kipas yang kupergunakan untuk menjaganya. Kemudian aku tanyakan mimpi itu kepada sebagian ahli ta'bir, ia menjelaskan bahwa aku akan menghancurkan dan mengikis habis kebohongan dari hadits-hadits Rasulullah saw. Mimpi inilah, antara lain, yang mendorongku untuk melahirkan kitab Al-Jami' As-Sahih."

Dalam menghimpun hadits-hadits shahih dalam kitabnya tersebut, Imam Bukhari menggunakan kaidah-kaidah penelitian secara ilmiah dan sah yang menyebabkan keshahihan hadits-haditsnya dapat dipertanggungjawabkan. Ia berusaha dengan sungguh-sungguh untuk meneliti dan menyelidiki keadaan para perawi, serta memperoleh secara pasti kesahihan hadits-hadits yang diriwayatkannya.

Imam Bukhari senantiasa membandingkan hadits-hadits yang diriwayatkan, satu dengan lainnya, menyaringnya dan memilih mana yang menurutnya paling shahih. Sehingga kitabnya merupakan batu uji dan penyaring bagi hadits-hadits tersebut. Hal ini tercermin dari perkataannya: "Aku susun kitab Al Jami' ini yang dipilih dari 600.000 hadits selama 16 tahun."



Banyak para ahli hadits yang berguru kepadanya, diantaranya adalah Syekh Abu Zahrah, Abu Hatim Tirmidzi, Muhammad Ibn Nasr dan Imam Muslim bin Al Hajjaj (pengarang kitab Shahih Muslim). Imam Muslim menceritakan : "Ketika Muhammad bin Ismail (Imam Bukhari) datang ke Naisabur, aku tidak pernah melihat seorang kepala daerah, para ulama dan penduduk Naisabur yang memberikan sambutan seperti apa yang mereka berikan kepadanya." Mereka menyambut kedatangannya dari luar kota sejauh dua atau tiga marhalah (100 km), sampai-sampai Muhammad bin Yahya Az Zihli (guru Imam Bukhari) berkata : "Barang siapa hendak menyambut kedatangan Muhammad bin Ismail besok pagi, lakukanlah, sebab aku sendiri akan ikut menyambutnya."

Kejeniusan Imam Bukhari

Bukhari diakui memiliki daya hapal tinggi, yang diakui oleh kakaknya Rasyid bin Ismail. Kakak sang Imam ini menuturkan, pernah Bukhari muda dan beberapa murid lainnya mengikuti kuliah dan ceramah cendekiawan Balkh. Tidak seperti murid lainnya, Bukhari tidak pernah membuat catatan kuliah. Ia sering dicela membuang waktu karena tidak mencatat, namun Bukhari diam tak menjawab. Suatu hari, karena merasa kesal terhadap celaan itu, Bukhari meminta kawan-kawannya membawa catatan mereka, kemudian beliau membacakan secara tepat apa yang pernah disampaikan selama dalam kuliah dan ceramah tersebut. Tercenganglah mereka semua, lantaran Bukhari ternyata hafal di luar kepala 15.000 hadits, lengkap dengan keterangan yang tidak sempat mereka catat.



Ketika sedang berada di Bagdad, Imam Bukhari pernah didatangi oleh 10 orang ahli hadits yang ingin menguji ketinggian ilmu beliau. Dalam pertemuan itu, 10 ulama tersebut mengajukan 100 buah hadits yang sengaja "diputar-balikkan" untuk menguji hafalan Imam Bukhari. Ternyata hasilnya mengagumkan. Imam Bukhari mengulang kembali secara tepat masing-masing hadits yang salah tersebut, lalu mengoreksi kesalahannya, kemudian membacakan hadits yang benarnya. Ia menyebutkan seluruh hadits yang salah tersebut di luar kepala, secara urut, sesuai dengan urutan penanya dan urutan hadits yang ditanyakan, kemudian membetulkannya. Inilah yang sangat luar biasa dari sang Imam, karena beliau mampu menghafal hanya dalam waktu satu kali dengar.



Selain terkenal sebagai seorang ahli hadits, Imam Bukhari ternyata tidak melupakan kegiatan lain, yakni olahraga. Ia misalnya sering belajar memanah sampai mahir, sehingga dikatakan sepanjang hidupnya, sang Imam tidak pernah luput dalam memanah kecuali hanya dua kali. Keadaan itu timbul sebagai pengamalan sunnah Rasul yang mendorong dan menganjurkan kaum Muslimin belajar menggunakan anak panah dan alat-alat perang lainnya

Keluarga dan Guru Imam Bukhari

Bukhari dididik dalam keluarga ulama yang taat beragama. Dalam kitab As-Siqat, Ibnu Hibban menulis bahwa ayahnya dikenal sebagai orang yang wara' dalam arti berhati-hati terhadap hal-hal yang hukumnya bersifat syubhat (ragu-ragu), terlebih lebih terhadap hal-hal yang sifatnya haram. Ayahnya adalah seorang ulama bermadzhab Maliki dan merupakan mudir dari Imam Malik, seorang ulama besar dan ahli fikih. Ayahnya wafat ketika Bukhari masih kecil.



Perhatiannya kepada ilmu hadits yang sulit dan rumit itu sudah tumbuh sejak usia 10 tahun, hingga dalam usia 16 tahun beliau sudah hafal dan menguasai buku-buku seperti "al-Mubarak" dan "al-Waki". Bukhari berguru kepada Syekh Ad-Dakhili, ulama ahli hadits yang masyhur di Bukhara. Pada usia 16 tahun bersama keluarganya, ia mengunjungi kota suci Mekkah dan Madinah, dimana di kedua kota suci itu beliau mengikuti kuliah para guru-guru besar ahli hadits. Pada usia 18 tahun beliau menerbitkan kitab pertamanya "Qudhaya as Shahabah wat Tabi’ien" (Peristiwa-peristiwa Hukum di zaman Sahabat dan Tabi’ien).



Bersama gurunya Syekh Ishaq, beliau menghimpun hadits-hadits shahih dalam satu kitab, dimana dari satu juta hadits yang diriwayatkan oleh 80.000 perawi disaring lagi menjadi 7275 hadits. Diantara guru-guru beliau dalam memperoleh hadits dan ilmu hadits antara lain adalah Ali bin Al Madini, Ahmad bin Hanbali, Yahya bin Ma'in, Muhammad bin Yusuf Al Faryabi, Maki bin Ibrahim Al Bakhi, Muhammad bin Yusuf al Baykandi dan Ibnu Rahwahih. Selain itu ada 289 ahli hadits yang haditsnya dikutip dalam kitab Shahih-nya.

Kelahiran dan Masa Kecil Imam Bukhari

Imam Bukhari (semoga Allah merahmatinya) lahir di Bukhara, Uzbekistan, Asia Tengah. Nama lengkapnya adalah Abu Abdullah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Al-Mughirah bin Badrdizbah Al-Ju'fiy Al Bukhari, namun beliau lebih dikenal dengan nama Bukhari. Beliau lahir pada hari Jumat, tepatnya pada tanggal 13 Syawal 194 H (21 Juli 810 M). Kakeknya bernama Bardizbeh, turunan Persi yang masih beragama Zoroaster. Tapi orangtuanya, Mughoerah, telah memeluk Islam di bawah asuhan Al-Yaman el-Ja’fiy. Sebenarnya masa kecil Imam Bukhari penuh dengan keprihatinan. Di samping menjadi anak yatim, juga tidak dapat melihat karena buta (tidak lama setelah lahir, beliau kehilangan penglihatannya tersebut). Ibunya senantiasa berusaha dan berdo'a untuk kesembuhan beliau. Alhamdulillah, dengan izin dan karunia Allah, menjelang usia 10 tahun matanya sembuh secara total.


Imam Bukhari adalah ahli hadits yang termasyhur diantara para ahli hadits sejak dulu hingga kini bersama dengan Imam Ahmad, Imam Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi, An-Nasai, dan Ibnu Majah. Bahkan dalam kitab-kitab fiqih dan hadits, hadits-hadits beliau memiliki derajat yang tinggi. Sebagian menyebutnya dengan julukan Amirul Mukminin fil Hadits (Pemimpin kaum mukmin dalam hal Ilmu Hadits). Dalam bidang ini, hampir semua ulama di dunia merujuk kepadanya.

Tempat beliau lahir kini termasuk wilayah Rusia, yang waktu itu memang menjadi pusat kebudayaan ilmu pengetahuan Islam sesudah Madinah, Damaskus dan Bagdad. Daerah itu pula yang telah melahirkan filosof-filosof besar seperti al-Farabi dan Ibnu Sina. Bahkan ulama-ulama besar seperti Zamachsari, al-Durdjani, al-Bairuni dan lain-lain, juga dilahirkan di Asia Tengah. Sekalipun daerah tersebut telah jatuh di bawah kekuasaan Uni Sovyet (Rusia), namun menurut Alexandre Benningsen dan Chantal Lemercier Quelquejay dalam bukunya "Islam in the Sivyet Union" (New York, 1967), pemeluk Islamnya masih berjumlah 30 milliun. Jadi merupakan daerah yang pemeluk Islam-nya nomor lima besarnya di dunia setelah Indonesia, Pakistan, India dan Cina.

e-miracle.com - For Your Success

e-miracle.com - For Your Success

Kisah Nabi dan Peminta-minta

Pada suatu ketika, seorang lelaki Anshar meminta sesuatu kepada Rasulullah SAW. Kemudian, beliau berkata, "Apakah di rumahmu tidak ada apa pun?"
Orang itu terdiam, lalu menjawab, "Ada ya Rasul, aku memiliki kain hiisyi (alas lantai) yang sebagiannya aku pakai sebagian lagi untuk duduk, dan ada pula wadah minuman."
Rasulullah SAW, lalu berkata lagi, "Bawalah ke sini barangmu itu!"
Kemudian, orang Anshar itu kembali mengambil barang-barangnya. Barang itu diserahkan kepada Rasulullah SAW dan Rasul pun berkata lagi kepada orang-orang, "Siapa yang mau membeli barang ini?"
Ada yang mengangkat tangan, "Aku beli kedua barang itu seharga satu dirham!"
Beliau berkata, "Siapa yang berani menambah satu dirham?"
Ada yang menjawab lagi, "Aku berani membelinya dua dirham!"
Barang tersebut lalu diberikan oleh Rasulullah SAW kepada pembeli tertinggi dan mengambil dua dirham. Dua dirham tersebut diserahkan kepada orang Anshar tadi dan beliau berpesan, "Satu dirham untuk membeli makanan dan berikan kepada keluargamu dan yang satu dirham untuk membeli kapak, kemudian bawalah ke sini."
Lalu, orang tersebut membawa kapak kepada Rasulullah SAW dan kapak itu di beri gagang kayu. Beliau pun berkata, "Pergilah mencari kayu, kemudian juallah kayu itu dan kamu jangan menampakkan dirimu di hadapanku selama lima belas hari."
Orang itu mengikuti saran Rasulullah SAW, sampailah kemudian ia menemui Rasul dengan membawa sepuluh dirham.
Rasulullah SAW tersenyum menyambutnya, "Yang begini adalah lebih baik bagimu daripada kamu datang pada hari kiamat dengan goresan titik-titik di wajahmu. Sesungguhnya meminta-minta itu tidak pantas, kecuali bagi orang yang miskin, atau orang yang punya utang berat, atau orang yang mempunyai tanggungan diyat.
(HR Tirmidzi, Abu Dawud dan Ibnu Majah)

Makna Ash-Shiraathal Mustaqiim (Jalan Yang Lurus)

Imam Ahmad meriwayatkan dalam Musnadnya dari an-Nawwas bin Sam'an r.a, dari Rasulullah SAW, beliau bersabda:

"Allah telah membuat sebuah perumpamaan shiraathul mustaqiim (jalan yang lurus), di dua sisi shirath (jalan)terdapat dua pagar. Di pagar tersebut terdapat pintu-pintu yang terbuka. Dan di pintu-pintu itu terdapat tirai-tirai yang terurai. Di depan shirath terdapat seseorang yang berseru: 'Wahai manusia, masuklah kalian semua ke dalam shirath ini dan janganlah berbelok.' Dan di atas shirath terdapat penyeru yang akan berseru, apabila ada seorang manusia yang ingin membuka pintu-pintu tersebut, penyeru di atas shirath berkata: 'Celaka (hati-hatilah) kamu, janganlah engkau membukanya. Jika engkau membukanya, niscaya engkau akan terperosok masuk ke dalamnya.' Shirath itu adalah Islam. Pagar-pagar itu adalah batasan-batasan Allah. Pintu-pintu yang terbuka itu adalah perkara-perkara yang diharamkan Allah. Penyeru di depan pintu shirath adalah kitabullah. Dan penyeru di atas shirath adalah pemberi peringatan dari Allah yang ada di dalam hati setiap muslim.

Tidak Mengenal Yang Maha Mulia

Tangerang, 04 Maret 2010

Di ruang sidang yang mulia... Shalat diulur-ulur...

Alhamdulillah, kita belajar dari para wakil kita di TV. Bagaimana mereka rapat paripurna. Menyebut-nyebut nama Allah, namun tidak tahu bahwa Allah sudah DATANG. Para mu-adzdzin, menyeru shalat, tapi mungkin suaranya tidak terdengar sampe ke ruang sidang yang mulia. Sayang bila tempat mulia dan bertujuan mulia, tidak mengenali Yang Maha Mulia, dan tidak memberi tempat buat Yang Maha Mulia. Semua mau bersuara dan diberi kesempatan bersuara. Bahkan marah ketika tidak diberi kesempatan. Tapi Allah Yang Maha Membungkam semua suara dengan kematian, tidak didengar seruan-Nya, panggilan-Nya. Semoga Allah memaafkan kita yang barangkali juga termasuk yang berkategori tidak mengenal Allah datang, senang membuat Allah menunggu kita lantaran tidak segera bergegas shalat, dan bahkan mungkin lalai shalatnya. Dan semoga kita bisa memperbaiki terus dan terus urusan fundamental buat hidup kita di dunia dan akhirat; yakni perkara shalat.

Waba\'du, mesti adalah di antara mereka yang rapat itu, orang-orang yang tetap istiqamah shalat di awal waktu. Mudah-mudahan dengan adanya 1-2 yang melayani Allah, menyambut Allah, ketika datang-Nya di waktu shalat, akan sanggup membuat Allah menunda azab-Nya untuk bangsa ini. Doa dari semua buat semua anggota dewan dan seluruh pimpinan negeri ini.
Salam, Yusuf Mansur.

Sedekah Ga Boleh Ngarep?

Tambahin terus ilmunya tentang sedekah, sabar, ikhlas, syukur, hingga tawakkal, do’a dan ibadah. Hingga Allah berikan hikmah-Nya.

(Jamaah) 0816167xxxx...

Formula 10x dan Ilmu NGISING Akhi “N….”

Hari ini saya sadar kesalahan saya. Tentang formula 10x.. Dan tentang ikhlas…
Now I find the answer. From a simple kid’s song, Kasih Ibu.
Kasih Ibu kepada beta
Tak terhingga sepanjang masa
Hanya memberi,
TAK HARAP KEMBALI
Bagai sang surya menyinari dunia

Jika saya bersedekah 250 juta kemudian berharap kembali 2,5 M di dunia ini untuk biaya F&T to chase their dream to Cambrigde (for finishing Computer Science – Fariz, and School of Business – Tifa) and to Cairo ( for finishing their hafizh and hafizhah ) just here, in this uncertain world. Oh my god, what a stupid i am. My lord offers me a long lasting relationship and his love, whereas i just choose a short wealth: 2.5 billion. Dumb me I got the deep insight this morning. If I sincere choose the long lasting relationship not only in here but until in the here after with my lord. He will give everything to me.

(Ustadz) Persoalan meminta sama Allah itu bukan persoalan ikhlas atau tidak ikhlas. Itu persoalan ibadah. Meminta adalah do’a. Silahkan saja sedekah tanpa berharap. Tapi kalau sedekah sambil berharap, maka dapat dua ibadah; pahala sedekah dan pahala berharap. Namun kita tidak boleh memaksa, hanya boleh meminta dah berharap. Dan bukanlah disebut meminta dan berharap, kecuali yakin bahwa apa yang diminta dan yang diharap adalah bisa dikabulkan. Ilmu penyertanya adalah sabar, tawakkal, juga ikhlas. Termasuk ikhlas bila Allah tidak mengabulkan. Husnudzan kepada Allah adalah seninya. Yakinlah Allah Maha Tahu apa yang terbaik. Sementara itu, mengikuti seruan-Nya, percaya akan janji-Nya; yang akan mengganti 2x, 10x, 700x, lebih banyak lagi, atau mengganti dengan yang lebih baik, adalah juga sebuah keutamaan. Tauhid itu. Percaya sekali sama Allah. Saking percayanya ya kita ikuti seruannya. Dan apa sebutannya kalo bukan ikhlas juga? Nyari duit setengah mati, tiba-tiba ketika datang ta
waran bersedekah dari Allah dengan janji akan dilipatgandakan-Nya, lalu kita percaya? Hingga kita menyerahkan semuanya? Apa gak di sebut ikhlas tuh? Bahwa kemudian jangan meminta hanya dunia, itu betul. Minta juga ampunan-Nya, keselamatan dari-Nya, kasih sayang-Nya, bisa hafal qur’an, bisa istiqomah, bisa tambah sehat. Pengetahuan akan ilmu konversi juga penting. Sesiapa yang sedekah 1 di kali 10. Lalu sepuluhnya gak dapet, pertanyaannya: benarkah gak dapat? Apakah itu dikarenakan bodohnya kita? Sesungguhnya Allah sudah membalas. Hanya balasannya kita gak paham hingga bertambah ilmu kita dan hikmah. Juga ketika kita baik sangka. Subhanallah, betapa rahasia ilmu Allah itu luas sekali. Belum lagi kalau bicara bahwa ternyata bayaran Allah itu terus dan terus. Kita anggap udah gak akan dibayar lagi. Ternyata setelah kita malah lupa sama do’a kita, eh Allah tetep kabulkan. Rupanya, “panen” pertama, bukan ke apa yang kita minta. Sementara kita bersabar, rupanya tanaman kita panen
yang kedua, ketiga, dan seterusnya hingga sampailah pada apa yang kita minta. Waba’du, meminta kepada Allah, tidaklah salah. Demikian juga berharap dari-Nya. Gak sedekah aja, boleh meminta, boleh berharap. Apalagi dengan bersedekah, tambah boleh meminta, tambah boleh berharap. Sesiapa yang berdo’a dengan amal soleh sebagai pendahuluannya, jelas akan lebih bertenaga do’anya. Dan amal soleh itu banyak, sedekah adalah hanya salah satunya. Begitupun do’a. Do’a akan menjadi pendorong yang hebat buat sedekah. Jangan hanya bersedekah. Tapi juga berdo’a. Di rawat itu sedekah dengan do’a. Jangan ditinggal begitu saja. Meskipun saya yakin, seperti biji cabe, yang di aurin aja dia tumbuh, namun jika dirawat, dikawal, hingga ia tumbuh banyak dan bagus, adalah sebuah keutamaan yang lain adanya. Selamat menuntut ilmu terus, terus, dan terus. Hingga sampai kepada hikmah yang kita mintakan dari Allah datangnya. Amin.

(Jamaah) Not only for what I explicitly mention, but even one I am not yet mention or ask via my du’a. He really knows what I need before I say to. So the main point for me is : How to win my Lord’s heart. Once Allah loves me, it is no need for me to worry anymore. He himself is enough for me. For a sincere charity, my brother teach me about ILMU NGISING. I am always thinking of it when I’m sitting onto my closet. And at last I got it when my elder brother Anto said to me : “Erny, the key to overcome all of your sorrow is to SINCERE. Put it in your heart and in your every single breath”.
I asked : “What is a sincere then?”
Anto said : “A sincere is something like ‘ngising’, you know? It is dirty to to talk to the other or even to remember it”
Allahu Akbar.
And my tears is flowing realizing all my fault in walking into my lord. I was in a miss direction. I was going away from Him, and I didn’t realised.

(Ustadz) Emang juga diam aja Allah udah akan aturin. Tapi kita ga dapet pahala do’a. bahkan do’a itu kepalanya ibadah. Jika ibadah, ibadah doangan, kaga berdo’a, maka kita hanya ampe leher. Itu ibadah ga ada kepalanya. Dengan berdo’a, itu menyatakan kelemahan kita juga di hadapan Allah Yang Begitu Kuasa. Sekaligus pernyataan-pernyataan menghamba, penuh harap, menjadikan Allah sandaran, dan lain-lain. Masya Allah dah. Rugi mereka yang ga mau berdo’a. Sedang do’a sendiri adalah sebuah ibadah tersendiri. Dan bahkan do’a adalah perintah Gusti Allah langsung. Ayat-ayat tentang do’a tidak hanya di satu ayat. Tapi di banyak ayat. Dan tidak ada do’a yang tidak dikabulkan kecuali ia menjadi pengampunan buat yang berdo’a, menjadi penolak bala, dan disimpan sebagai kebaikan yang lain dari hal yang tidak diminta. Nah, apakah yang tidak berdo’a bakalan dapat keistimewaan yang berdo’a? tentu saja tidak. Alhamdulillah. Saya sengaja berkenan jawab, sebab saya mau taro di website www.wisatahati.com, di kuliahonline, di kuliah dhuha, di BB, di Facebook, dll. Alhamdulillah

Kisah Bangsa Yahudi yang Meminta Raja (2)

Nabi mereka mengatakan kepada mereka:"Sesungguhnya Allah telah mengangkat Thalut menjadi rajamu." Mereka menjawab, "Bagaimana Thalut memerintah kami, padahal kami lebih berhak mengendalikan pemerintahan daripadanya sedang dia pun tidak diberi kekayaan yang banyak." Nabi (mereka) berkata: "Sesungguhnya Allah telah memilihnya menjadi rajamu dan menganugerahinya ilmu yang luas dan tubuh yang perkasa." Allah memberikan pemerintahan kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Mahaluas pemberian-Nya lagi Maha Mengetahui. (QS.2:247)

Ketika Bani Israil meminta Nabi mereka mengangkat seorang raja dari kalangan mereka sendiri, maka Nabi mereka pun menetapkan Thalut sebagai pemimpin mereka. Thalut adalah salah seorang dari bala tentara Bani Israil, bukan dari kalangan kerajaan, karena pemimpin mereka terdahulu berasal dari keturunan Yahudza. Sedangkan Thalut bukan dari keturunan Yahudza, sehingga mereka berkata, "Bagaimana Thalut memerintah kami." Maksudnya, mana bisa ia menjadi raja yang memerintah kami. Ia hanya seorang yang miskin, tidak mempunyai harta untuk menjalankan pemerintahan. Ada yang mengatakan bahwa ia hanya seorang pembawa air. Ada juga yang mengatakan tukang penyamak kulit. Ini adalah pembangkangan mereka, di mana seharusnya mereka taat dan mengucapkan kata-kata yang baik.

Kemudian Nabi mereka memberikan jawaban sebagaimana dalam firman Allah "Sesungguhnya Allah telah memilihnya menjadi rajamu." Yakni, Allah telah memilih Thalut dari kalangan kalian sendiri sebagai raja yang memimpin kalian. Dan Allah Ta'ala lebih mengetahuinya daripada kalian. Nabi mereka berkata:"Aku tidak menentukannya berdasarkan pandanganku sendiri, tetapi Allah-lah yang memerintahkanku untuk memilihnya, karena kalian telah meminta hal itu kepadaku."

"Dan menganugerahkan kepadanya ilmu yang luas dan tubuh yang perkasa." Artinya, meskipun demikian, Thalut lebih berilmu dan lebih cerdik daripada kalian. Ia lebih perkasa, lebih kuat, dan lebih sabar dalam peperangan. Ilmunya pun lebih sempurna dan lebih tegar daripada kalian. Difahami dari keterangan di atas bahwa seorang yang layak menjadi raja adalah orang yang mempunyai ilmu pengetahuan, memiliki bentuk tubuh yang bagus, dan sangat kuat dalam hal fisik maupun mental.

Setelah itu, Allah berfirman "Allah memberikan pemerintahan kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya." Maksudnya, Dia-lah yang Maha Bijaksana yang melakukan apa saja yang Dia kehendaki. Dia tidak dimintai pertanggungjawaban atas apa yang Dia kerjakan, justru merekalah yang akan dimintai pertanggungjawaban. Hal ini karena ilmu, hikmah, dan kasih sayang-Nya kepada semua makhluk-Nya. Oleh karena itu Dia berfirman "Dan Allah Mahaluas pemberian-Nya lagi Maha Mengetahui." Artinya, karunia-Nya Mahaluas, Dia khususkan rahmat-Nya bagi siapa yang Dia kehendaki, dan Maha Mengetahui siapa yang berhak memegang pemerintahan dan siapa yang tidak berhak atasnya.

Kisah Bangsa Yahudi yang Meminta Raja (1)

Apakah kamu tidak memperhatikan pemuka-pemuka Bani Israil sesudah Nabi Musa, yaitu ketika mereka berkata kepada seorang Nabi mereka: "Angkatlah untuk kami seorang raja supaya kami berperang (di bawah pimpinannya) di jalan Allah." Nabi mereka menjawab, "Mungkin sekali kamu nanti diwajibkan berperang, maka kamu tidak akan berperang.' Mereka menjawab, "Mengapa kami tidak mau berperang di jalan Allah, padahal sesungguhnya kami telah diusir dari kampung halaman kami dan dari anak-anak kami?" Maka tatkala perang itu diwajibkan atas mereka, mereka pun berpaling, kecuali beberapa orang saja di antara mereka. Dan Allah Maha Mengetahui orang-orang yang zhalim. (QS.2:246)

Mujahid berkata:"(Nabi tersebut) yaitu Syamuel a.s, Wahb bin Munabbih dan lainnya berkata:"Dahulu Bani Israil sepeninggal Musa a.s berada di atas keistiqamahan selama beberapa masa. Kemudian mereka melakukan berbagai pelanggaran. Sebagian dari mereka menyembah berhala. Namun senantiasa ada di tengah-tengah mereka para Nabi yang menyuruh mereka kepada yang ma'ruf dan melarang mereka dari yang munkar, serta menegakkan mereka di atas hukum Taurat. Sampai akhirnya mereka melakukan apa yang telah mereka lakukan, hingga akhirnya Allah memberi kekuasaan atas musuh-musuh mereka.

Sebagian dari mereka terbunuh dalam sebuah peperangan yang luar biasa dahsyat. Banyak dari mereka yang tertawan. Musuh-musuh berhasil menguasai banyak negeri-negeri mereka. Tidak ada seorang pun dari mereka yang memerangi musuh-musuh tersebut melainkan musuh berhasil mengalahkannya.

Pada awalnya di sisi mereka terdapat kitab Taurat dan Tabut yang sudah ada sejak zaman dahulu kala. Tabut itu diwarisi dari generasi ke generasi, sampai silsilahnya kepada Musa al-Kalim a.s. Namun ketika mereka hanyut dalam kesesatan, sebagian dari raja-raja berhasil merampas Tabut itu dari mereka dalam sebuah peperangan. Kitab Taurat terlepas dari tangan mereka. Tidak ada yang menghafalnya kecuali segelintir orang saja.

Dan terputuslah nubuwwah (kenabian)dari anak keturunan mereka. Tidak tersisa dari anak keturunan Laawi yang darinya banyak muncul para Nabi, kecuali seorang wanita yang hamil dari suaminya. Suaminya telah terbunuh. Mereka mengambil wanita ini dan mengkarantinanya dalam sebuah rumah. Mereka menjaganya dengan harapan semoga Allah mengkaruniainya seorang anak laki-laki yang kelak menjadi Nabi bagi mereka. Wanita itu terus berdoa kepada Allah SWT agar mengaruniainya seorang anak laki-laki. Allah mendengar doanya lalu mengaruniainya seorang anak laki-laki. Ia menamainya Syamuel. Artinya Allah mendengar doaku. Ada yang mengatakan bahwa nama Syam'un, maknanya sama dengan Syamuel.

Lalu anak laki-laki itu tumbuh dewasa di tengah-tengah mereka. Allah menumbuhkannya dengan pertumbuhan yang baik. Ketika sampai usia kenabian, Allah mewahyukan dan memerintahkan kepadanya untuk berdakwah kepada agama Allah dan kepada tauhid. Ia mendakwahi Bani Israil. Bani Israil memintanya agar Allah memberikan seorang raja bagi mereka sehingga mereka bisa memerangi musuh-musuh mereka bersamanya. Pada saat itu mereka tidak memiliki seorang raja. Maka Nabi ini berkata kepada mereka: "Barangkali apabila Allah memberikan seorang raja kepada kalian, nanti kalian tidak akan mau melaksanakan apa yang kalian minta, yaitu berperang bersama raja itu".

Bekerja dengan Allah, Bekerja untuk Allah

Jadi, ibadah adalah sebuah ikhtiar juga, karena ia adalah kerjaan yang membutuhkan kesediaan waktu, energi, biaya, dan lain sebagainya.

Inilah yang disebut bekerja dengan Allah dan untuk Allah. Karena judulnya bekerja dan berusaha untuk Allah, ya ada bayarannya. Siapa yang bayar? Ya Allah! Dan karena bayarannya dari Allah, ya besarnya berbeda dengan bayaran hasil keringatnya sendiri. Subhanallah.

Kalau di bait-bait di atas contohnya adalah sedekah, sekarang kita coba ambil contoh lain lagi; yaitu shalat malam.

Untuk bisa shalat malam kita harus lembur mengorbankan waktu kita meski hanya sekedar dua rakaat. Ya, saya menyebut dua rakaat itu sebagai "lembur". Sebab, kan kita menganggap shalat malam sebagai pekerjaan sambilan. Lagi bangun ya mengerjakan, tidak bangun, tidak mengerjakan. Malah tidak sedikit yang menganggap "pekerjaan" tahajjud sebagai pekerjaan yang nambah beban keletihan setelah sepanjang hari bekerja. Padahal, "sekadar" dua rakaat saja shalat tahajjud, ternyata bayarannya jauh lebih besar daripada seorang karyawan bekerja seharian penuh. Mengapa bisa beda?! Sebab si karyawan bekerja di siang harinya dia bekerja untuk manusia. Sedang di waktu malam, dia shalat malam, Allah menghitungnya sebagai ibadah. Ibadah'kan artinya menghamba sama Allah. menjadi 'abid-Nya, menjadi pelayan-Nya. Dan ini juga pekerjaan. Makanya, karena kerjanya sama Allah, maka bayarannya subhanallah pasti lebih besar daripada kerja sama manusia.

Lihat saja bayaran Allah untuk "pekerjaan" yang satu ini, pekerjaan tahajjud; siapa yang shalat dua rakaat di tengah malam, khairun minaddunyaa wa maa fiihaa, maka baginya lebih baik pahalanya (kebaikannya)di sisi Allah daripada dunia dengan segala isinya.

Mencari Rezeki Cara Mudah, Mencari Rezeki Cara Repot

Saudaraku, dalam urusan mencari rezeki, mencari dunia-Nya, Allah memberikan cara yang gampang bagi manusia, memberikan cara yang mudah bagi manusia. Tapi manusia senangnya memilih cara yang repot, cara yang sukar. Padahal Allah tentu yang paling tahu tentang kunci-kunci perbendaharaan rezeki-Nya.

Allah menyebut kunci segala kunci bagi manusia itu adalah dengan beribadah kepada-Nya.

Sedekah, shalat malam, memberi makan anak yatim, menyenangkan hati yang berduka adalah "hanya sekian" dari apa yang disebut sebagai ibadah. Bila ibadah diperbaiki, maka kehidupan pun akan menjadi lebih baik lagi. Namun bila ibadah buruk, maka kehidupan buruk yang akan terhidang. Ibadah biasa saja, hidup pun akan biasa saja. Tidak ada yang istimewanya bagi yang tidak mengistimewakan Allah.

Bila nampak dunia yang bagus, tapi di tangan orang-orang yang tidak rajin beribadah, jangan buru-buru silau. Kiranya itu kebaikan dari Allah, barangkali sebab ilmu dunia dan usaha orang itu sendiri. Namun dia hanya memiliki dunia-Nya, tidak memiliki diri dan keridhaan-Nya. Alangkah cantiknya bila seseorang memiliki dunia dan juga memiliki Allah sebagai Pemilik dunia. Itu bisa ditempuh dengan satu ayunan langkah: ibadah. Tentu dengan memperluas seluas-luasnya cakupan ibadah yang dimaksud sebagai seluruh gerakan, rasa dan pikiran seorang hamba kepada Sang Khaliq.

Tapi apa boleh buat, ketiadaan ilmu yang barang kali membuat seseorang tidak mengetahui bahwa dia bisa punya energi dan kemampuan yang akan melipatgandakan hasil keringatnya, hasil tenaga dan pikirannya. Yakni tadi, lewat jalan ibadah.

Kisah Orang-Orang Yang Dimatikan

Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang keluar dari kampung halaman mereka, sedang mereka beribu-ribu (jumlahnya) karena takut mati; maka Allah berfirman kepada mereka: "Matilah kamu." Kemudian Allah menghidupkan mereka. Sesungguhnya Allah mempunyai karunia terhadap manusia tetapi kebanyakan mereka tidak bersyukur. (QS.2:243) Dan berperanglah kamu sekalian di jalan Allah, dan ketahuilah sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS.2:244) Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka Allah akan melipatgandakan pembayaran kepadanya dengan kelipatan yang banyak. Dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rizki) dan kepada-Nya kamu dikembalikan. (QS.2:245)

Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Ibnu 'Abbas r.a, ia mengatakan: "Mereka adalah penduduk sebuah negeri yang bernama Dawardan." 'Ali bin 'Ashim mengatakan: "Mereka adalah penduduk sebuah negeri yang bernama Dawardan, sebuah kampung yang terletak satu farsakh (3 mil) ke arah Wasith."

Sebagian ulama Salaf menyebutkan bahwa mereka adalah penduduk sebuah negeri pada zaman Bani Israil. Negeri mereka rusak terjangkit wabah penyakit yang sangat mematikan. Maka mereka pun melarikan diri dari kematian dan keluar menuju sebuah tempat. Mereka terdampar di sebuah lembah yang sangat luas. Mereka memadati seluruh tempat di lembah itu. Lalu Allah mengirim dua malaikat kepada mereka. Satu malaikat dari bawah mereka dan malaikat yang lain dari atas. Lalu keduanya berteriak secara serempak. Maka mereka pun mati seluruhnya sekaligus. Lalu mereka dikumpulkan dalam sebuah kandang lalu dibangun dinding dan kubur di atasnya. Mayat-mayat mereka hancur melintasi tercabik-cabik dan tercerai berai.

Beberapa masa kemudian, melintaslah seorang nabi dari kalangan Bani Israil di tempat itu, Nabi itu bernama Hazqial. Ia memohon kepada Allah agar menghidupkan mereka di hadapannya. Allah mengabulkan permohonannya. Allah memerintahkannya untuk mengucapkan: "Hai tulang belulang yang hancur, sesungguhnya Allah memerintahkanmu untuk bersatu kembali!" Maka tulang belulang tiap-tiap jasad pun satu sama lainnya kembali bersatu. Kemudian Allah memerintahkannya untuk mengucapkan: "Hai tulang belulang, sesungguhnya Allah memerintahkanmu agar membungkus dirimu dengan daging, urat dan kulit." Maka terjadilah apa yang dikatakannya sementara ia menyaksikannya. Kemudian Allah memerintahkannya untuk mengucapkan: "Hai ruh, sesungguhnya Allah memerintahkanmu agar setiap ruh kembali ke jasad yang dahulu ditempatinya." Maka mereka pun hidup dan melihat. Allah telah menghidupkan mereka setelah menidurkan mereka dalam waktu yang panjang. Mereka mengucapkan: "Mahasuci Engkau (ya Allah), tidak ada yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Engkau."

Ikhlas, Doa dan Harapan Memberi Spirit dalam Beribadah

Wacana-wacana yang menjadikan "kekurangberanian" atau "kesungkanan" untuk meyakini keyakinan itu secara bulat, baik di praktik maupun di teori (menjadi metode) adalah sebab ada wacana bahwa "Ibadah itu harus ikhlas. Tidak boleh beribadah karena dunia-Nya. Harus karena wajah-Nya semata"

"Katakanlah, 'Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam" (QS. al-An'aam:162)

Kalau kalimatnya seperti di atas, siapa yang berani memberi kritik? Siapa yang berani mengkoreksi? Dan siapa yang berani memberi catatan? Saya pun tidak akan berani. Apa pun yang kita lakukan tentu harus mengikhlaskan diri kita karena Allah semata.

Tapi tunggu dulu! Orang-orang yang mencari dunia milik Allah lewat jalan ibadah pun tidak mesti juga serta merta dikatakan tidak ikhlas. Bagaimana kalau mereka secara cerdas, "memisahkan" antara keikhlasan dan doa? "Memisahkan" antara keikhlasan dengan harapan? Artinya ketika mereka menjalankan, mereka tahu dengan ilmunya bahwa dengan beribadah, dunia akan Allah dekatkan, tapi pada saat yang sama, mereka beribadah sepenuh hati kepada Allah. Harapan pun dia gantungkan semata hanya kepada Allah. Bahwa dia menempuh jalan ibadah, sebab karena Allah dan Rasul-Nya memberi petunjuk demikian. Karenanya, harus percaya dan mengikutinya.

"Katakanlah, 'Hai manusia sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua, yaitu Allah yang mempunyai kerajaan langit dan bumi; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, yang menghidupkan dan mematikan, maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya, Nabi yang ummi yang beriman kepada Allah dan kepada kalimat-kalimat-Nya (kitab-kitab-Nya) dan ikutilah dia, supaya kamu mendapat petunjuk." (QS.al-A'raaf:158)


Contoh salah satu bentuk ibadah adalah sedekah. Lalu Allah memberitahu bahwa kalau sedang disempitkan rezekinya, bersedekahlah. Nanti Allah akan buat apa-apa yang sulit, jadi mudah.

"Dan orang yang disempitkan rezkinya hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya. Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan sekedar apa yang Allah berikan kepadanya. Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan."(QS. ath-Thalaaq:7)

Lalu, kita-kita yang sedang diberi nikmat kesulitan, percaya dan berkenan mengikuti dengan harapan agar benar-benar kesulitan kita dimudahkan Allah. Jalan-Nya yaitu jalan sedekah, kita turuti betul, alias kita bersedekah.
Salahkah kita? Apakah kita disebut tidak ikhlas hanya karena beribadah karena berharap akan kebenaran janji-Nya? Salahkah bila kita percaya sama omongan-Nya? Sama 'iming-iming-Nya?" Salahkah juga kalau kita kemudian bersedekah karena kepengen diberikan kemudahan atau karena kesulitan kita kepengen dihapuskan-Nya? Sedang ini adalah firman-Nya?

Nampaknya tega betul bila disebut tidak ikhlas. Saya lebih suka menyebutnya, "saking percayanya sama petunjuk Allah, lalu kita melakukannya". Dan karena harapan adalah hanya dengan berharap kepada-Nya, maka kita pun berharap agar Allah benar-benar memenuhi janji-Nya, setelah kita tunaikan sedekah.

Saya lebih kepengen menyebutnya dengan "inilah iman", percaya pada seruan dan petunjuk Allah. Dan "inilah tauhid", kita mengesakan Allah. Iman dan tauhid yang kemudian berbuah amal shaleh.

Bahkan menurut pendapat saya, inilah CARA TERCERDAS dan TERHEBAT sepanjang sejarah cara-cara yang dikerjakan manusia, yaitu tinggal mengikuti saja petunjuk-petunjuk di dalam Al-Quran. Gampang! Entah dalam mencari rezeki, atau melepas kesulitan, atau hal-hal lainnya. Sebab cara ini dan petunjuk ini datangnya dari Allah. Dan ketika manusia menjalankan petunjuk Allah, bukankah ia menjadi sebuah ibadah tersendiri? Malah ibadah itu begitu indah dan memberi semangat dalam nilai. Ibadah yang tumbuh atass dasar keyakinan kepada apa yang digariskan Allah, pemilik segala kemudahan. Kita melakukan karena kita percaya pada-Nya. Kita melakukan karena kita yakin pada Allah dan kita mengetahui itu. Lalu iman kita bekerja dengan kekuatan penuh.

Maka, apakah setelah dikembangkan menjadi paragraf di atas masih terjadi benturan? Saya pikir ini adalah sesuatu yang berbeda. Sesuatu yang malah harus dikupas dan ditelaah lebih jauh lagi.

Lalu, ketika ada yang percaya kemudian menjalankan dan merasakannya, salahkah juga bila ia bercerita ini kepada kawan-kawannya, kepada sekitarnya? Bahwa bersedekahlah jika ingin dicabut segala kesulitannya? Lalu salahkah dia bila dia menjadikan pengetahuannya, pengalamannya, sebagai sebuah metode? Bahwa kalau mau keluar dari masalah, bersedekahlah!

Kalau menjadi metode, maka bisa dengan mudah diikuti, dicontoh, dan dirasakan oleh banyak orang. Betapapun, success story lebih mudah masuk ke hati dan pikiran orang. Juga lebih mudah diserap dan masuk menjadi pemahaman bagi banyak orang.

Memperluas Jalan Usaha Memperbesar Hasil Usaha

Semula banyak orang berpikir bahwa hasil usaha dia adalah seukuran kerja, seukuran usaha, seukuran proyek, seukuran dagangan, atau seukuran modalnya. Begitulah selama ini pikiran kita bekerja. Tidak pernah terpikirkan atau jarang terpikirkan bahwa hasil usaha bisa DIPERBESAR lewat jalan ibadah, dan jalan usaha bisa DIPERLUAS lewat jalan ibadah.

Ya, banyak di antara kita yang tidak berani berpikir bahwa jalan ibadah bisa menambah dan memperluas rezeki. Yakin, barangkali iya. Maksudnya, iya yakin bahwa "jalan ibadah bisa menambah dan memperluas jalan rezeki", tapi membicarakannya hingga "menjadi sebuah metode", menjadi sebuah solusi yang "diataskertaskan",tidak sedikit yang kurang berani. Entahlah, atau saya yang "terlalu berani?"

Padahal sebagai sebuah petunjuk, Al-Quran adalah petunjuk,
"(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah)bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda antara yang hak dan yang batil..." (QS. al-Baqarah: 185)

Tentu saja termasuk "petunjuk" untuk mencari rezeki dari Yang Maha Memiliki segala perbendaharaan rezeki.

Kalau Ada Kotoran Cicak ? Berarti Ada Cicak

Sewaktu shalat subuh berjamaah di masjid, setelah melaksanakan shalat sunah sambil menunggu qomat, Amir tanpa sengaja matanya tertuju ke arah satu titik hitam kecil di atas karpet didepan barisan shaf tepat di depannya. Astaghfirullah! sambil matanya dia perlebar memastikan, "kotoran cicak!"

Dalam perasaannya, "nih orang, apa pada ndak tahu ada kotoran cicak di situ?", "tapi kok juga pada ndak ada yang shalat di situ ya?"

Mulailah muncul keinginannya untuk membersihkan kotoran tersebut, tapi 'pake apa?". Kebetulan persis di sebelahnya, seorang "pengurus masjid" sedang melaksanakan shalat sunah, selesainya melaksanakan shalat sunah, Amir menyalaminya sambil berkata "mas, itu ada kotoran cicak di situ! ada kain ndak buat bersihin tuh kotoran?", jawab si pengurus "iya mas, nanti aja setelah shalat subuh" katanya sambil melanjutkan "padahal di atas (maksudnya langit-langit masjid) ndak ada cicak satupun, kok bisa ya ada kotoran".

Amir mendengar ucapan terakhir si pengurus masjid sambil ikut melihat ke atas, dia mulai berpikir, mungkin sekarang si cicak sudah kabur.
Kata "padahal di atas tidak ada cicak, kok bisa ya ada kotoran" masih menjadi pikiran besarnya, sambil jalan pulang dalam pikirannya :
Kalau ada kotoran cicak berarti sudah pasti ada cicak, apa Amir dan si pengurus masjid melihat secara fisik si cicak atau tidak melihat, kesimpulan awal dan keyakinan yang ada antara keduanya, "si cicak itu ada"

Bagaimana dengan alam ini?
Di bumi ini, ada pohon, gunung, sungai, air, api, laut, hewan. Siapa yang membuat?
Di tata surya, ada bumi, matahari, bulan, bintang dan planet lainnya. Siapa yang membuat?

Rasanya tidak perlu melompat pencarian kita "ingin tahu secara fisik atau kasat mata, siapa yang menciptakan alam semesta?" seperti cerita cicak tersebut untuk meyakinkan keyakinan kita bahwa "Semua ini ada yang menciptakan", hati nurani kita secara fitrahnya sudah yakin "kalau ada semua alam semesta ini berarti ada yang menciptakan".

QS.35:40
Katakanlah: "Terangkanlah kepada-Ku tentang sekutu-sekutumu yang kamu seru selain Allah. Perlihatkanlah kepada-Ku (bahagian) manakah dari bumi ini yang telah mereka ciptakan ataukah mereka mempunyai saham dalam (penciptaan) langit atau adakah Kami memberi kepada mereka sebuah Kitab sehingga mereka mendapat keterangan-keterangan yang jelas daripadanya? Sebenarnya orang-orang yang zalim itu sebahagian dari mereka tidak menjanjikan kepada sebahagian yang lain, melainkan tipuan belaka."

Kisah Seorang Bani Israil Yang Terbunuh & Sapi Betina

Allah Ta'ala berfirman, "Wahai Bani Israil, ingatlah nikmat yang telah Aku berikan kepada kalian berupa kejadian luar biasa, yaitu penyembelihan seekor sapi betina dan penjelasan tentang si pembunuh dengan sebab sapi itu. Kemudian Allah menghidupkan kembali orang yang terbunuh itu sehingga dapat ditanya siapa yang membunuhnya."

Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari 'Ubaidah as-Salami, ia bercerita: "Di kalangan Bani Israil ada seorang laki-laki yang mandul, tidak bisa mendapatkan anak, sedang ia mempunyai harta yang melimpah, maka anak dari saudaranyalah (keponakannya) yang menjadi pewarisnya. Kemudian ia dibunuh oleh keponakannya itu. Pada suatu malam mayatnya dibawa dan diletakkannya di depan pintu salah satu dari mereka (Bani Israil). Di pagi harinya, ia menuduh pemilik rumah sebagai pembunuhnya, sehingga mereka pun mengambil senjata dan saling menyerang. Beberapa orang yang berfikiran bijak di antara mereka berkata, 'Mengapa kalian saling membunuh, padahal di tengah kalian ada seorang Rasul Allah?' Mereka pun mendatangi Musa AS dan menceritakan peristiwa tersebut kepadanya. Musa pun berkata,
'Sesungguhnya Allah memerintahkan kalian menyembelih seekor sapi betina. 'Mereka berkata, 'Apakah kamu hendak menjadikan kami sebagai bahan ejekan?' Musa menjawab, 'Aku berlindung kepada Allah agar tidak menjadi salah seorang dari orang-orang yang jahil.'"

'Ubaidah melanjutkan: "Seandainya mereka tidak menentang, niscaya cukup bagi mereka meskipun sapi yang paling buruk, akan tetapi mereka mempersulit diri, maka Allah pun mempersulit mereka hingga mereka sampai pada sapi yang diperintahkan untuk menyembelihnya. Akhirnya mereka menemukan sapi itu di tangan seseorang yang ia tidak mempunyai sapi lain kecuali sapi betina itu. Pemilik sapi itu berkata, 'Demi Allah, aku tidak akan memberikan sapi itu jika harganya kurang dari emas sepenuh kulitnya.' Akhirnya mereka pun mengambilnya dengan harga emas sepenuh kulit sapi tersebut. Kemudian mereka menyembelihnya dan memukul mayat orang tersebut dengan bagian tubuh sapi itu, maka orang yang sudah mati itu pun bangun. Kemudian mereka bertanya, 'Siapakah yang membunuhmu?' Ia menjawab, 'Orang ini', sambil mengisyaratkan kepada keponakannya tersebut. Lalu ia pun terkulai dan wafat kembali. Akhirnya keponakannya itu tidak diberi warisan sedikit pun dari kekayaannya. Sejak itulah seorang pembunuh tidak berhak mendapatkan warisan dari orang yang dibunuhnya."

Al-Faatihah Dalam Shalat

Diriwayatkan oleh Muslim dari Abu Hurairah r.a, dari Nabi SAW, beliau bersabda: "Barangsiapa yang mengerjakan shalat tanpa membaca Ummul Quran di dalamnya, maka shalatnya kurang...kurang...kurang, yakni tidak sempurna." Dikatakan kepada Abu Hurairah: "(Bagaimana jika) kami berada di belakang imam?" Maka Abu Hurairah berkata: "Bacalah al-Faatihah secara sirr (hanya terdengar oleh diri sendiri), karena aku pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda: Allah SWT berfirman:'Aku telah membagi shalat (bacaan al-Faatihah) menjadi dua bagian antara diri-Ku dengan hamba-Ku. Dan bagi hamba-Ku apa yang dia minta. Jika ia mengucapkan: 'Alhamdulillahi Rabbil'aalamin,' maka Allah berfirman: 'Hamba-Ku telah memuji-Ku. 'Jika ia mengucapkan: 'Ar-Rahmaanir Rahiim,' maka Allah berfirman: 'Hamba-Ku telah menyanjung-Ku.' Jika ia mengucapkan: 'Maaliki yaumid Diin,' maka Allah berfirman: 'Hamba-Ku telah memuliakan-Ku.' "Dan Abu Hurairah pernah mengatakan "(Allah berfirman:) 'Hamba-Ku telah berserah diri kepada-Ku. 'Jika ia mengucapkan: "Iyyaaka na'budu wa iyyaaka nasta'iin,, maka Allah berfirman: 'Ini adalah antara diri-Ku dan hamba-Ku, dan bagi hamba-Ku apa yang ia minta'. Dan jika ia mengucapkan: 'Ihdinash shiraathal mustaqiim, shiraathalladziina an'amta 'alaihim ghairil maghdhuubi 'alaihim waladh dhaalliin,' maka Allah berfirman: 'Ini untuk hamba-Ku dan bagi hamba-Ku apa yang ia minta."

Keutamaan Al-Faatihah

Diriwayatkan oleh al;Bukhari dalam Fadhaa-ilul Qur-aan dari Abu Sa'id al-Khudri r.a: "Kami pernah melakukan suatu perjalanan, lalu kami singgah. Kemudian datanglah seorang budak wanita seraya berkata" 'Sesungguhnya kepala suku kami tersengat, dan orang-orang kami sedang tidak ada ditempat. Apakah di antara kalian ada yang bisa meruqyah?' Maka berangkatlah bersamanya seorang laki-laki yang kami tidak pernah menyangka bahwa ia bisa meruqyah. Kemudian ia membacakan ruqyah dan kepala suku itu pun sembuh. Lalu kepala suku itu memerintahkan agar ia diberi tiga puluh ekor kambing dan kami diberi minum susu. Setelah kembali kami bertanya kepadanya: 'Apakah engkau memang pandai dan biasa meruqyah?' Maka ia menjawab: 'Aku tidak meruqyah kecuali dengan Ummul Kitab (al-Faatihah).' Kami katakan: 'Jangan melakukan apapun hingga kita menemui Rasulullah dan menanyakan hal itu kepada beliau.' Sesampainya di Madinah kami menceritakan hal itu kepada Nabi SAW, maka beliau bersabda:
"Bagaimana ia tahu bahwa surat al-Faatihah itu adalah ruqyah? Bagi-bagilah kambing itu dan berikan satu bagian kepadaku."

Bukan karena usaha kita...

"Ayaaah...beli es klim!" kata anaknya Rusman sambil memeluknya, dengan ucapan layaknya anak seusia 2 tahun.
"Ayah baru sampe, capek nak!",
"minta tolong ambil minum buat ayah, ya!" pinta Rusman
"ayah mau minum?, ambiil? (maksudnya diambilkan)" kata anaknya
"Iya, minta tolong ya!", dan anaknya mengangguk


"sudaah, minum" si anak bertanya kepada Rusman dengan maksud "sudah minumnya?"
"iya, sudah, terima kasih"

"yuk, beli es klim" ajaknya sambil menarik tangan ayahnya
"nanti aja, ya?" jawab Rusman
"ayuk, sekalang" katanya dengan muka agak berharap
"ya sudah, ayuk, ambil sandal, yuk berangkat"

Rusman menuruti membelikan es krim, bukan karena dia di ambilkan minum anaknya, bukan hanya karena pelukan rasa sayang anaknya tapi yang lebih mendasar, dia sayang kepada anaknya. Taruhlah anaknya tidak melakukan apa-apa kepadanya, dia tetap akan memberikannya karena rasa kasih sayangnya kepada anaknya.

Bagaimana dengan Allah ?

Allah SWT dalam memberikan segala nikmat kepada kita bukan karena amal sholeh kita, sholat kita tapi lebih didasari oleh sifat Maha Pengasih & Maha Penyayang kepada makhluk-Nya.

Kalau kita kira segala nikmat yang kita terima, entah itu kekayaan, karir, kebahagiaan, sorga atau yang lainnya itu dikarenakan sholat kita, kerja keras kita, harusnya pertanyaannya sudah seberapa benar amal ibadah kita? Iman kita? Ketauhidan Kita? Bukankah semua itu hak mutlak Allah dalam memberikan nikmat kepada yang Allah kehendaki, syukur alhamdulillah Allah mempunyai sifat Maha Pengasih dan Penyayang, biar makhluk-Nya rewel, cemberut, bandel, gembira, penurut, tetap Kasih & Sayang Allah 'melingkupi' semua yang ada di langit dan di bumi, termasuk kita.

AH, SAYA BERUTANG BUDI KEPADA BANYAK KAWAN, BANYAK SAHABAT. TERIMA KASIH UNTUK SEMUA

Dalam suasana yang serba putus asa ini, anak muda tersebut merasakan betul kehadiran istrinya, Maemunah. Istrinya ini jauh lebih muda darinya. Dia, saat tulisan ini dibuat, berusia 27 tahun, sedangkan istrinya 18 tahun. Istrinya hadir sebagai penyemangat hidupnya. Bukan sekadar hadir dengan badannya, tetapi ia hadir dengan jiwanya, dengan ketulusan air matanya yang ia hidangkan kepada Penguasa Alam ini, memohon kebaikan dan perlindungan untuk suaminya. Dia bertutur, "Saya merasakan sentuhan hangatnya ketika ia menyentuh kepala, tangan, dan kaki saya, memijat sambil berkata-kata penuh penyemangat, 'Kakak pasti bisa berhasil. Kakak passti bisa keluar dari kesulitan, Kakak pasti bisa melewati kesukaran hidup. Lihat Wirda, Kak... (anaknya), Allah pasti membantu Kakak, sebab ada Wirda, enggak mungkin Dia lepas tangan... Kakak pasti bisa mendapatkan kembali apa yang Kakak bangun, Kakak pasti bisa mengembalikan apa yang Kakak ambil, sengaja ataupun tidak sengaja... Kakak juga punya "Angka 11" (kelak "Angka 11" ini dijadikan judul seminar wisata hati rahasia angka 11 : cara cepat merengkuh dunia dan mengubur permasalahan)'." Begitu tuturnya, menggambarkan upaya istrinya yang ikut membesarkan hatinya.

Belum lagi kehadiran ayah dan ibunya, pada minggu-minggu ketika ia sangat putus asa pada periode Juli-Agustus 2003. Beliau mendoakan dirinya dan keluarga serta tetap memberikan nasihat-nasihat yang sejuk.

Entahlah kalau dia tidak termotivasi. Mereka-mereka ini : keluarganya, teman-temannya, begitu tulus ada di samping dirinya. Juga saya. Lalu, apa yang bisa dia lakukan untuk mereka? Tentu saja dia jadi bertanya kepada dirinya sendiri. Pertama, dia harus kembali percaya diri, tetap semangat, dan bangkit! Tidak ada yang bisa lebih memberi semangat kecuali dirinya sendiri! Yang lain hanya pendukung. Kedua, dia harus benar-benar memperbaiki dirinya sendiri. Benar-benar memperbaiki diri. Wisata Hati apabila ditotal dengan buku yang terdahulu dan dengan buku saku, baik yang sudah diterbitkan maupun yang belum, sudah berjumlah puluhan buku. Apa jadinya jika dia hingga kini belum insyaf dengan keputusan mengubah diri dan masa depan serta sadar dengan potensi-potensi baik yang dibawa Wisata Hati untuk kami dan untuk orang banyak?

TEH MANIS : MERAIH DUNIA DENGAN KESABARAN (1)

Gula itu selalu manis. Pasti! Manisnya gula gula selalu mengundang semut untuk mendekat dan menjamahnya sehingga ada pepatah yang mengatakan, ada gula ada semut.

Keberadaan gula dengan semut menjadi identik. Gula yang manis, apabila tidak terbungkus rapi, mudah dijamah semut. Wajar kiranya jika kita berpesan kepada "orang manis" untuk berhati-hati agar tidak hilang kemanisannya.

Layaknya garam, gula juga menjadi teman sehari-hari manusia. Seakan tiada hari tanpa gula dan garam.

Begitulah gula. Ia hanyalah satu dari sekian ayat keberadaan Allah. Tuhan Yang Agung. Lihatlah, bagaimana gula bisa saling melengkapi keindahan rasa, berpacu dengan garam dan bumbu-bumbu dapur lainnya, "berkorban" demi apa yang dinamakan kepuasan rasa manusia.

Luqman suka sekali minum teh manis. Menurut penelitian yang pernah didengar Luqman, satu sendok kecil gula yang dicampur dengan teh panas akan mampu merangsang badan hingga mencapai kesegaran. Apabila diminum pada pagi hari, teh akan mengawali kecerahan, dan apabila diminum pada sore hari, teh manis akan mengembalikan kesegaran setelah kepenatan bekerja.

Dunia itu ibarat gula : manis. Ia akan mengundang siapa saja yang ingin mereguknya. Hanya dengan jalan kesabaran, keindahan dunia terasa indah.

"Dan tiadalah ia dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tiadalah ia dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keberuntungan besar."
(QS Fushshilat [41] : 35)


"De... De... teh manisnya mana?" tanya Luqman kepada istrinya, Maemunah.
"Tehnya sudah dari tadi saya taruh dimeja"
"Wah... kok nggak bilang dari tadi?"
"Saya tadi udah bilang. Kakaknya aja yang terlalu asyik baca koran!"
Luqman beringsut, melangkah ke meja.
"Waduuuh...!" tiba-tiba Luqman berteriak kecil. Ia tertegun.
"Ada apa?" tanya Maemunah kaget, sambil melangkah mendekat.
"Disemutin!"

Teh tersebut dikerubungi semut. Hal biasa, seolah merefleksikan ungkapan "dimana ada gula di situ ada semut." Rupanya, semut-semut itu "mendahului" Luqman menyeruput teh manis di atas meja.

Ya sudah, Luqman mengalah. Ia meminta sang istri membuatkan teh manis baru.

Satu hal yang membuat Luqman tertegun adalah ketika ia pandangi kerumunan semut itu. Semut yang "mendahului" Luqman mencicipi teh manis semuanya mati. Tidak ada yang tersisa. Benar--benar tidak ada yang tersisa! Ada yang mati di pinggir cangkir, ada yang mati di pinggir tatakan cangkirnya, dan yang terbanyak mati di tengah cangkir. Mengambang di atas air teh manis tersebut.

Tiba-tiba ia merasa ada getaran hikmah yang hadir di hatinya.

Kesia-siaan. Itulah hikmah yang tersembunyi dari pemandangan pagi itu. Bagi para semut itu, alih-alih mendapatkan makanan, alih-alih merasakan nikmatnya gula, malah kematian yang didapat.

Semut mau mendatangi teh manis karena "undangan tidak tertulis" dari manisnya gula. Mereka memandangnya sebagai sebuah kenikmatan dan makanan bagi kehidupan mereka; mengabaikan pertimbangan akal. (Lagipula, emang ada semut yang mempunyai akal!).

Luqman pun merasakan adanya petikan hikmah yang mampu menghujam relung-relung hatinya. Ia sampai pada satu simpulan bahwa demikian pulalah nasib yang akan dialami oleh orang-orang yang mengejar keindahan dunia tanpa mempertimbangkan kehadiran akal dan menafikan keberadaan Allah sebagai pengawasnya. Apalagi kalau mengejarnya dilakukan secara instan dengan cara memotong kompas. Semakin dikayuh dengan cepat tanpa perhitungan yang matang, akan semakin lekas pula terempas.

SETITIK CAHAYA ITU SEMAKIN TERANG SAJA

Seiring dengan motivasi saya kepada anak muda tersebut dan seiring dengan usaha saya meyakinkan dirinya, anak muda ini memiliki jiwa yang baru, jiwa yang lebih segar, dan pikiran yang fresh. Dibantu oleh pak Syaifullah Sirin, Pak Bambang Trim, Pak Uken Junaidi, dan kawan-kawan, serta rekan-rekan dari Majlis Syifa; terutama Ustadz Basuni Abdullah, Ustadz Ali Rosyad, Bang Herman, Pak Sudahan, Pak Irfan, Pak Yusuf, Pak Iyan, Pak Haji Heri Wahyudi, Pak Herry Wuntu, Pak Ending, Mas Andi, Pak Ramli, Pak Syahrul, Pak Serin, Pak Masyid, Pak Toto, Pak Askor... dan rekan-rekan lain di Majlis Syifa yang terus menemaninya, ikut memotivasi dan membantu sehingga kehidupan anak muda tersebut benar-benar segar, bertenaga, dan lebih bersemangat.

SETITIK CAHAYA ITU SEMAKIN TERANG

Setitik cahaya yang mulai muncul dalam hatinya semakin terang seiring saya memotivasi dirinya. Saya yakinkan anak muda tersebut, dalam bulan Juli-Agustus itu, perlahan tapi pasti, akan kebesaran dan kekuasaan Allah. Saya bakar semangatnya! Saya bangkitkan kepercayaan dirinya!

Pembaca yang budiman, bulan kemudian, Agustus-September, saya mengambil laptop pinjaman adik saya, Faisal, yang akhir-akhir itu jarang tersentuh lagi. Saya torehkan bait-bait baru, bait-bait perenungan. Semula saya tujukan untuk dirinya sendiri, diri anak muda tersebut. Namun, ketika didiskusikan dengan banyak kawan, menurut mereka ada baiknya hal baik disampaikan juga kepada masyarakat yang lebih luas. Begitu katanya. Tulisan itu saya selesaikan apa adanya, tanpa mengurangi semangat saya dalam menulis.

SETITIK CAHAYA TERANG MULAI MENGHIASI HATI KEMBALI

Saya mulai bertanya kepada anak muda tersebut. Mengapa engkau menjadi lemah? Mengapa engkau menjadi kalah? Mengapa engkau dikuasai pikiran pendek kembali? Mengapa engkau larut dalam kesedihan, penyesalan, dan kekecewaan? Mengapa tidak terima saja kenyataan hidup? Mengapa tidak memulai saja kehidupan yang baru dan melupakan kehidupan yang kemarin? Mengapa tidak engkau buang ketakutan dan kekhawatiran? Mengapa engkau memandang sempit hidup ini? Mengapa engkau memandang keterbatasanmu? Mengapa engkau tidak memiliki fighting spirit yang bagus? Mengapa engkau tidak memandang kemurahan hati Allah, Tuhanmu? Mengapa engkau tidak berharap pada kebesaran Allah, Tuhanmu, dan berharap pada kuasa-Nya?
Mengapa, mengapa, mengapa?

Anak muda itu terus saya tanya dan saya tanya.

Segarkan Hidupmu dengan percaya

Ada seorang anak muda yang sangat saya kenal kehidupannya. Anak muda ini bukan saja saya kenal, tetapi juga sangat dekat dengan kehidupan saya, bahkan menyatu. Tak bisa dibedakan dan tak bisa dipisahkan antara dia dan saya. Buku BUAT APA SUSAH? Segarkan Hidupmu dengan percaya ini lahir ketika anak muda tersebut sedang berduka, sedang bersedih. Oleh karena itu, saya pun turut berduka, turut bersedih. Buku ini lahir ketika kepercayaan diri anak muda tersebut sedang surut dan semangat hidupnya melemah.

Hal ini terjadi pada Juli-Agustus 2003 ketika saya komandokan anak muda itu untuk penuh bekerja dengan Wisata Hati.

Uji coba pertama yang saya lakukan untuk diri anak muda ini ternyata cukup efektif untuk mengembalikan kesegaran kehidupannya.

Banyak kejadian dalam rentang Juli-Agustus 2003 lalu yang menyebabkan anak muda tersebut kehilangan banyak hal di dunia ini karena kebodohannya. Dia kehilangan pekerjaannya, usahanya yang justru sedang mekar, sahabat-sahabatnya, dan dia kembali ke titik terendah dalam kehidupannya, bahkan minus. Sesaat kehidupan menjadi gelap untuk dirinya. Dia menjadi makin lemah dan tak berdaya...

Di tempat tidur, dia memandangi istri dan anaknya dengan lemah. Dia pun membayangkan wajah ibu dan ayahnya. Membayangkan wajah saudara-saudaranya dan sahabat-sahabatnya. Dia membayangkan masa lalunya dan masa depannya. Dia bertutur, rasanya seperti mau mati saja. Begitu katanya.

Saat anak muda itu dalam kondisi seperti itulah salah satu penerbit mengabarkan akan mulai menerbitkan dan mendistribusikan buku Wisata Hati KUN FAYAKUUN: Selalu Ada Harapan di Tengah Kesunyian

Ada berapa yang telah ditundukkan untuk kita

Makan..aktivitas ini aktivitas primer yang alhamdulillah kita lakukan setiap harinya, tapi kalau kita coba perhatikan, ada sebuah anugerah besar yang diberikan oleh Allah kepada kita manusia dalam aktivitas makan ini. Suatu pemberian Allah dengan menundukkan makhluk-Nya yang lain di bumi ini kepada kita manusia.

1.Kita makan nasi, seperti kita ketahui nasi berasal dari tumbuhan padi, dan padi adalah makhluk Allah, dia taat kepada Allah dan bersedia kita makan, apa jadinya kalau dia menolak, bisa jadi atas izin Allah, dia tidak mau berbuah.

2.Lauk, entah itu ikan, ayam atau yang lainnya, mereka juga makhluk Allah

3. Sayur

4. Bumbu-bumbu masakan, logam alat makan yang kita pakai, dan lain-lainnya, bukankah mereka juga makhluk Allah.

jadi..ada berapa makhluk yang telah ditundukkan oleh Allah untuk kita hanya pada kejadian aktivitas makan kita? rasanya kalau kita coba hitung pasti ada yang terlewat karena begitu banyak..

segala puji bagi Allah atas segala nikmat yang telah Allah berikan untuk kita, semoga Allah selalu menuntun dan menjaga kita agar terhindar dari sifat kufur nikmat, amin!

72. Dan Kami tundukkan binatang-binatang itu untuk mereka; maka sebahagiannya menjadi tunggangan mereka dan sebahagiannya mereka makan. QS.36, Yaasiin : 72

kalau ada anjing

Bagaimana caranya, kalau kita bertamu di rumah orang, dan kita tidak bisa masuk karena di situ ada anjing galak?

jalan masuk aja.. urusannya bisa gawat!
anjingnya di lempar batu... ntar kita gantian yang di incer

yang benar..panggil 'tuan pemiliknya', biar dia yang nyingkirin tuh anjing


36. Dan jika syetan mengganggumu dengan suatu gangguan, maka mohonlah perlindungan kepada Allah. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. QS.41, Fushshilat : 36

Ibarat anjing, setan adalah makhluk Allah juga, apabila dia mengganggu, Allah mengajarkan kepada kita untuk berlindung kepada-Nya. Semoga kita selalu dalam lindungan Allah SWT, amin!

Membangun Kerajaan Hati Sebelum Membangun Kemewahan

"Tahukah kamu? Jika kamu seperti itu, itu tandanya kamu manusia miskin, miskin hati!" nasihat Haji Ismail pada Boby, anaknya.

Boby mengelola restoran miliknya. Namun, dalam mengelola restoran itu, Haji Ismail banyak menerima laporan yang kurang enak didengar.

"Ayah dengar, kamu suka mengundur-undur gaji karyawan. Kamu juga sering 'mempermainkan' supplier. Empat bon dari supplier sudah numpuk, tapi kamu masih jawab nanti-nanti terus, atau cuma bayar satu bon. Jangan mengambil keuntungan dari penderitaan orang. Itu tidak baik. Buat apa senang, sementara ada orang yang menjadi susah karena ulah kita?"

"Dari mana ayah dengar semua itu?" potong Boby penasaran.
"Ayah nggak sengaja berkunjung ke restoran kamu. Di sana ayah bertemu dengan pemasok minyak tanah. Dia yang cerita. Tega kamu Bob. Pemasok kecil saja masih kamu undur-undurkan bayarannya. Ketika ayah konfirmasikan lebih lanjut, ternyata menemukan semakin banyak hal yang mengecewakan."

"Bob, dengar ya, untuk gaji karyawan, menurut sunnah yang dicontohkan Rasulullah, kalau bisa, kita bayarkan sebelum keringatnya kering. Lalu, untuk para pemasok, kenapa juga kamu tunda-tunda pembayarannya. Toh, kamu juga ingin cepat kalau minta barang ke mereka. Harusnya adil dong. Lagipula, bisnis kamu itu bisnis tunai, bisnis cash. Nggak ada orang makan di tempat kamu, lalu ngutang. Nggak ada, kan?"

Boby hanya terdiam. Dia menganggap ayahnya tidak mengerti tentang bisnis. Boby berprinsip, jika pembayaran bisa ditunda, mengapa harus dibayarkan segera? Bukankah uangnya bisa diputar dulu, diendapkan di bank, dan sebagainya. Begitu pikir Boby.

"Ayah mengerti apa yang kamu pikirkan. Kamu ingin untung lebih besar, kan?" kata ayahnya membaca pikiran Boby. Selanjutnya, keluarlah kata-kata seperti ini, "kamu tahu nggak? kalau begitu, itu tandanya kamu masih miskin; miskin hati!"

Cerita ini, dengan beragam versinya, sangat mudah kita temukan dalam kehidupan sehari-hari. Kita melihat banyak orang kaya tetapi tetap menipu dan terus mengejar kekayaan. Kita juga sering melihat yang berkedudukan tinggi, tetapi terus mengejar kedudukan yang lebih tinggi lagi. Mereka ini, sebagaimana kita, boleh jadi tidak pernah terpuaskan dahaganya. Mereka selalu merasa kurang dan kurang. Akhirnya, sebagaimana disebut Haji Ismail, manusia-manusia seperti ini sangat layak di sebut miskin, bukan orang kaya, bukan orang sukses. Sementara itu, tidak sedikit orang-orang yang ingin kaya, tetapi mencari jalan menuju kaya dengan cara-cara yang salah. Walhasil, mereka bertambah miskin, bertambah susah, dan malah bertambah jauh dari kaya.

Luqman teringat nasihat Haji Muhidin. Katanya, "Bangun dulu kerajaan hati yang mantap sebelum membangun kemewahan." Maksudnya, hilangkan sifat serakah, rasakan kebersyukuran terhadap apa yang ada dalam genggaman kita, selalu mencari kelebihan, bukan kekurangan. Sehingga, kata Haji Muhidin lagi, "kita bisa berbuat banyak dengan apa yang kita miliki, bukan fokus terhadap apa yang tidak kita miliki. Hidup menjadi nikmat karena kita menikmati. Kita pun bisa melakukan semua yang diperintahkan Allah untuk berbagi dan peduli terhadap sesama."

Nah, nasihat Haji Muhidin pada baris terakhir ini, "berbagi dan peduli", menjadi kunci sukses mudah kaya dan sukses. Kemampuan kita untuk berbagi dan peduli, selain tingkat kepatuhan terhadap perintah dan larangan-Nya, menjadi tolok ukur Allah untuk membukakan pintu-pintu kekayaan dan kesuksesan kepada kita. Kekayaan dan kesuksesan yang sebenarnya adalah ketenangan dan kebahagiaan, keamanan dan kesejahteraan. Ukurannya pun menjadi relatif. Ukurannya tidak lagi menjadi ukuran dunia atau ukuran materi. Ia sudah melangkah jauh melampaui ukuran material. Para ulama mengatakan, kekayaan yang sebenarnya adalah kedekatan dan kecintaan kita kepada-Nya. Jika kita sudah dekat dengan Allah, jika kita sudah cinta kepada-Nya, harga dunia menjadi sangat kecil, tiada artinya.

Dikisahkan, Umar bin Khaththab pernah menginfakkan kebun kurma yang dimilikinya gara-gara ketinggalan shalat ashar berjamaah. Ia menganggap kebun kurma dan kicauan burung yang ada didalamnya itu telah 'menyita' waktunya untuk shalat berjamaah. Umar telah sampai pada tahapan menghargai Allah lebih besar dari harga dunia. Bagi beliau, dunia bukan lagi ukurannya. Harga dunia menjadi tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan Allah dan akhirat. Bahkan, bagi seorang Umar bin Khaththab, nilai satu kali shalat berjamaah jauh lebih besar daripada harga dunia, yang ketika itu digambarkan dengan luasnya kebun kurma.

Sekarang lihatlah kita, begitu mudahnya kita meninggalkan shalat berjamaah tepat waktu di masjid, bahkan meninggalkan shalat itu sendiri, gara-gara urusan dunia. Kita tega membelakangi Allah, bahkan bermaksiat dengan rezeki-Nya. Kita pun rela mengabaikan sisi-sisi kemanusiaan yang telah dianugerahkan Allah SWT, lengkap dengan kehormatan, kemuliaan, dan harga diri. Kita gadaikan itu semua demi kekayaan, demi dunia. Inilah sebagian dari wajah kita. Kita masih menghiasi pandangan kita dengan dunia.

Allah Sutradaranya

Dalam kehidupan sehari-hari banyak kejadian yang kita alami, yang kalau boleh di kelompokkan ada kejadian yang kita sukai dan ada pula kejadian yang tidak kita sukai, pahit atau senang, sedih atau gembira.
Suatu ketika, mungkin pernah kita mendapatkan permasalahan di pekerjaan, hutang, keluarga yang tidak harmonis atau yang lainnya, yang sampai-sampai membuat dada kita rasanya sesak, pikiran kacau, mudah tersinggung, jalan keluar yang tergambar dan terlintas selalu hal-hal negative..rasa bermusuhan bertumbuh kepada penyebab masalah ini semua. Kenyataannya? Kita tidak menemukan jalan keluarnya, justru lebih bermasalah dan menumbuhkan masalah yang lainnya. Ada suatu keinginan besar untuk menghentikan semua kejadian ini, ya…ujung-ujungnya bunuh diri!
Berhenti! Bukankah ini seperti sebuah cerita sinetron yang biasa kita lihat di acara televisi, bukankah semua permasalahan yang kita hadapi juga sebuah alur cerita dan orang-orang yang kita temui di kejadian itu adalah para pemeran seperti kita. Kalau ini cerita, dan kalau semua orang adalah pemeran, siapa sutradaranya? Allah, Sang Maha Pengasih & Penyayang, Raja di hari pembalasan, satu-satunya Zat Yang Maha Suci yang layak disembah dan dimohon pertolongan-Nya.

Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran. QS.2:186


Hanya sutradara yang bisa merubah skenario cerita dan para pemerannya. Dan Allah sebagai satu-satunya “Sutradara” sudah berjanji akan mengabulkan permohonan hambanya apabila ia memohon, dan Allah tidak pernah mengingkari janjinya.

KIRIM SMS HARAPAN KEPADA ALLAH

Tahapan umum SMS operator handphone :
1. Ketik pesan di menu tulis pesan
2. Tekan ok
3. Masukkan nomor HP tujuan
4. Tekan send
Selanjutnya dari tahapan tersebut tinggal menunggu report & balasan dari sang tertuju.

Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang, dalam mengabulkan harapan hambanya tidak pernah mempersulit. Sebagaimana gambaran tahapan SMS tersebut di atas, kita hanya melakukan tahapan-tahapan yang harus kita lakukan untuk terkabulnya doa kita. Bukankah setelah menekan “tombol send” kita hanya tinggal menunggu hasil kerja operator nomor handphone kita? Insya Allah tidak jauh beda dengan berdoa kepada Allah, setelah melaksanakannya, serahkan semua kepada Allah, PERCAYA! BERSERAH DIRI! TAWAKAL! Bukankah Allah yang menentukan segala kejadian, bukankah Allah Yang Menguasai langit dan bumi beserta isinya, adakah “operator” lain selain Allah yang bisa mengabulkan doa kita, “Tidak ada Tuhan selain Allah”, setelah tahapan berdoa biarlah Allah “bekerja” dengan kuasa-Nya.
Bertawakal sebagaimana tawakalnya mayat sewaktu dimandikan, semua diserahkan kepada orang yang memandikannya.
Ya Allah, rasanya berat bertawakal kepada-Mu untuk orang yang belum mengenal dengan baik siapa Diri-Mu seperti aku ini, semoga dengan rasa berat inilah menjadi tawasul doaku kepada-Mu dan selalu Engkau pilih diriku dan orang-orang sepertiku termasuk golongan orang-orang yang selalu bertawakal kepada-Mu, amin!

PERKASALAH DENGAN RENDAH DIRI DI HADAPAN ALLAH

SEMUT

Binatang ini sudah akrab dengan kita, di lingkungan sekitar rumah kita hampir bisa dipastikan binatang koloni ini. Dalam kehidupannya, ternyata binatang ini tersusun dari beberapa lapisan masyarakat berdasarkan tugas kerjanya, mulai dari ratu, pasukan dan pekerja, dan ini terorganisir dengan baik.

Kita sering melihat semut-semut lagi berusaha membawa sesuatu yang akan di bawa menuju sarangnya, bisa berupa remahan roti, daun, atau yang lainnya. Itulah semut pekerja.
Saya sering sembari bermain dengan anak melihat semut-semut di halaman rumah sedang membawa daun-daun muda yang sudah rontok ke dalam sarangnya, kalau diperhatikan, subhanallah! Pernahkan terbayang seberapa besar seekor semut pekerja membawa potongan daun muda tersebut, berat barang bawaannya bisa-bisa sekitar empat kali lipat besar tubuhnya. Kalau semisal dengan perhitungan skala besar badan semut berbanding dengan besar badan kita, dan kita harus mengangkat barang yang berskala besarnya sama dengan barang yang dibawa semut pekerja tersebut, pertanyaannya apa kita kuat? Kalau misalnya berat badan kita 70 Kg harus mengangkat barang seberat tiga kali lipat berat kita yaitu 210 Kg, apakah kita kuat? Satu dua orang mungkin kita masih menemukan, tapi di dunia semut kita bisa melihat banyak semut pekerja yang bisa melakukan ini, Subhanallah! Maha Suci Allah yang kuasa menciptakan makhluk kecil yang ternyata memiliki kekuatan melebihi manusia. Satu perhatian tambahan bagi saya, bahwa dengan memiliki kekuatan seperti itu, koloni semut ini masih bersedia bergaul bekerja sama dengan sesamanya, tanpa merasa lebih karena mereka seakan juga merasa kecil secara fisiknya dibandingkan dengan makhluk lainnya.

Kandungan Surat Al-Faatihah

Surat yang mulia terdiri dari tujuh ayat ini mengandung pujian, pemuliaan dan sanjungan bagi Allah SWT dengan menyebut Nama-Nama-Nya yang Husna dan sifat-sifat-Nya yang Ulya. Juga mencakup tempat kembali manusia yaitu hari pembalasan. Selain itu, di dalamnya berisi bimbingan kepada hamba-hamba-Nya agar mereka memohon dan tunduk kepada-Nya, serta melepaskan upaya dan kekuatan diri mereka untuk selanjutnya dengan tulus ikhlas mengabdi kepada-Nya, mengesakan-Nya dan menyucikan-Nya dari sekutu atau tandingan. Juga berisi bimbingan agar mereka memohon petunjuk-Nya menuju jalan yang lurus, yaitu agama yang benar serta menetapkan mereka di atas jalan tersebut. Sehingga ditetapkan bagi mereka untuk dapat menyeberangi jalan yang nyata pada hari kiamat kelak menuju surga yang penuh dengan kenikmatan, di sisi para nabi, shiddiiqiin, syuhadaa' dan orang-orang shalih.

Surat ini juga mengandung targhib untuk mengerjakan amal shalih agar mereka dapat bergabung dengan orang-orang yang beramal shalih pada hari kiamat kelak. Serta memperingatkan agar mereka tidak menempuh jalan kebathilan, agar mereka tidak digiring bersama orang-orang yang menempuh jalan tersebut pada hari kiamat, yaitu mereka yang dimurkai dan tersesat.

Kuliah Online Ust. Yusuf Mansur

Yang kita perlukan di kehidupan ini adalah tauhid, iman dan amal saleh.

Ingin rasanya saya gemakan terus kalimat tauhid ini di hati ini. Saya jaga jangan sampai ia
lepas. Bahwa LAA ILAAHA ILLALLAAH, tidak ada Tuhan selain Allah. Termasuk di
urusan rizki. Tidak ada pemberi rizki kecuali Allah. Tidak ada rizki selain dari Allah. Tidak
ada cara mencari rizki kecuali caranya Allah. Tidak ada tuhan selain Allah pokoknya.
Saya mau meyakini Kalimat Tauhid ini, supaya enteng hidup saya, tidak kelelahan di dalam
mencari dan menikmati dunia, dan menjadikan Allah sebagai Sentral Kehidupan saya.
Tidak mudah. Karenanya saya mau bersungguh-sungguh dan berdoa. Memohon taufiq dan
hidayah-Nya.
Saya melihat tidak sedikit manusia yang kelelahan mencari dunia. Sebab yang ia cari
memang dunia. Tiada ia tempuh jalan-jalan ibadah yang mengantarkannya kepada Pemilik
Dunia. Saya tidak mau menjadi bahagian dari orang-orang yang kelelahan itu. Saya ingin kemudahan.
Saya melihat manusia-manusia yang berat hidupnya dengan beban hidupnya. Sebab ia tidak men-share bebannya itu kepada Allah. Padahal DIA lah Yang Maha Meringankan.
Saya melihat ada yang menangis padahal Allah Maha Membahagiakan; Ada yang hidupnya
sulit, padahal Allah Maha Memudahkan; Ada yang bermasalah, padahal Allah Maha
Menolong; Ada yang miskin dan menderita, padahal Allah bisa menciptakan kekayaan di hati yang tidak perlu kaya secara dunia; Ada yang kaya, tapi tidak memiliki keluarga.
Keluarganya adalah bisnisnya. Keluarganya adalah pekerjaannya. Tawa canda anak-anaknya milik pembantu-pembantu dan supirnya, lantaran ia jarang berkumpul sama anak-anaknya.Pasangan hidupnya juga adalah kesibukannya.

Subhaanallaah, izinkanlah kami-kami menjadi orang kaya yang hidupnya senang ya Allah.
Senang dunia akhirat. Bahagia dunia akhirat.
Saya melihat ada yang keluarganya berantakan, sementara ia enjoy dengan hal itu, lalu iakatakan kepada dunia dia mau membentuk keluarga baru yang lebih harmoni; Ada yang hidupnya pindah berpindah, dari kesenangan yang satu ke kesenangan yang lain, hingga jiwanya sendiri lelah mengikutinya. Wajahnya ceria, tapi jiwanya rapuh; Ada manusia yang segalanya ada, tapi penghuni langit tiada mencintainya dan tiada menghargainya. Yang bisa menghormatinya, yang bisa memuliakannya, adalah manusia-manusia yang tiada pernah tahu siapa dia sebenarnya. Dia merasa dunia digenggamnya. Padahal dunia sedang menghinakannya; Ada yang mengenal semua tempat-tempat indah, dan berkeliling dunia.
Tapi hatinya, pikirannya, badannya, tiada pernah dibawa menikmati shalat-shalat malam, bahkan keheningan berduaan dengan Pemilik Surga di dalam shalat pun tiada dia kenal; Ada pekerja-pekerja yang mengabdikan hidupnya untuk kerja dan usaha, sehingga sesungguhnya dirinya pun tiada kebagian jam istirahat dan bersenang-senang bahkan.
Saya melihat tidak sedikit manusia yang justru malah mudah mencari dunia. Tapi ia
kekeringan. Ada selalu yang diambil sebagai tebusan dari mudahnya ia mendapatkan dunia.
Itu saya lihat terjadi sebab kemudahan itu ia dapatkan bukan dengan mentaati Allah,
Tuhannya. Sehingga ia tidak sadar bahwa Allah justru mengazabnya dengan dunia-Nya.
Saya mengingat analogi maen CATUR yang sering saya sampaikan kepada para pendengar
tausiyah saya, yang sesungguhnya saya sedang memperdengarkannya pada diri saya sendiri.
Kalau kita maen catur BERDUA, maka berlaku aturan permainan catur. Dimana kuda
jalannya L. Peluncur jalannya miring. Pion hanya bisa jalan maju tidak bisa mundur, dan paling banyak hanya bisa jalan dua kotak catur lurus ke depan. Adapun Raja, bila di depannya, seluruh Pion belum dijalankan, dan Peluncur serta Menterinya masih ada di kanan kirinya, maka Raja hanya bisa diam. Tidak boleh ia melompati Raja. Itulah ATURAN CATUR. Tapi itu kalau maen BERDUA. Bagaimana kalau maen catur SENDIRIAN? Kalau
maen catur sendirian, ya bebaslah maennya. Tidak berlaku hukum permainan catur. Kita
boleh menjalankan Kuda selagu-lagunya. Mau lurus, mau muter-muter, mau lompat, bebas.
Peluncur pun mau kita buat jalannya melompat-lompat seperti maen halma, boleh. Bagi Raja, meskipun seluruh pion belum dijalankan, ia pun boleh melompat dan bebas bergerak ke sana kemari. Inilah yang terjadi kalau kita maen catur SENDIRIAN.
Dan bila analogi catur ini boleh dibawa ke urusan tamsil tauhid, maka perlu kita ketahui Allah itu tidak ada sekutu bagi-Nya. Ibarat main catur, ALLAH MAEN SENDIRIAN DI DUNIA INI. TIDAK ADA YANG LAIN.
Kemudahan ada di tangan Allah. Laa ilaaha illallaah. Tidak ada yang bisa memberi
kemudahan kecuali Allah. Kebahagiaan, ketenangan, kedamaian, ada di tangan Allah. Laa
ilaaha illallaah. Tidak ada yang bisa memberi itu semua kecuali Allah. Sama dengan
maksudnya itu kalimat; Tidak ada yang bisa memberikan ragam kesulitan kecuali Allah yang hingga Dia lah yang bisa melepaskannya kembali. Kehendak itu kehendaknya Allah. Maka saya kepengen Allah berkehendak memudahkan segala urusan saya. Tapi bila saya
menghendaki Allah memberikan kemudahan buat saya, sudah seharusnya saya menjadi
hamba-Nya yang mau mengikuti segala aturan-Nya, dan siap untuk melaksanakan kewajiban
dan meninggalkan larangan-Nya. Saya tidak menjamin diri saya sendiri, bahwa ia akan
mendapatkan segala kemudahan apabila Allah tidak saya ikuti. Rasul pun demikian. Ia tidak sanggup menjamin dirinya dan anak keturunannya masuk surga bila tiada ketaatan dan amal salih.
Bila Allah sudah mengatur, maka Kun Fayakuun-Nya yang terjadi. Kuasa-Nya yang terjadi. Karena Dia lah Laa ilaaha illallaah. Tidak ada yang mengatur dunia ini kecuali Allah. Saya sangat sangat bersedia untuk diatur. Sebab saya tahu dan meyakini, dengan sabab ilmu yang diteteskan-Nya pada saya, melalui pengajaran para guru, para orang tua, lewat berbagai media, bahwa kalau Allah sudah mengatur, maka aturan-Nya itulah yang terbaik. Laa ilaaha illallaah. Tidak ada aturan yang terbaik kecuali apa-apa yang sudah Allah aturkan.
Laa ilaaha illallaah. Tidak ada Tuhan selain Allah. Tidak ada pemain di dunia ini, kecuali Allah, yang memainkan seluruh peraturan, sebab peraturan adalah peraturan-Nya, dan segala kuasa adalah Kuasa-Nya.
Dengan berpikiran seperti ini, yang harus saya lakukan adalah menyadari semua itu, pasrah berserah diri untuk ikut di dalam aturan-Nya dan mengikuti-nya sepenuh hati dengan kekuatan penuh. Tidak setengah-setengah.
Laa ilaaha illallaah. Tidak ada kehidupan kecuali untuk-Nya.
Saya melihat, kegagalan para pencari dunia, baik di tahapan mencari dunia, atau di tahapan menikmati dan mengelola dunia, adalah aktifitasnya tidak dia lakukan karena Allah dan untuk Allah. Andai dia punya visi misi li i’laa-i kalimaatillaah, untuk meninggikan kalimat Allah, maka tidak ada pernah kegagalan baginya…
***
Sampe sini, SAYA MEMBACA ULANG TULISAN INI. Tulisan yang dijadikan esai-esai
Kuliah Tauhid di KuliahOnline Wisatahati.
Ya, saya membaca ulang apa yang saya tulis. Dari atas, sampai bait ini.
SAYA TIDAK PERCAYA YANG SAYA TULIS. Benarkah yang saya tulis ini? Sehebat
itukah tauhid saya? Tambah ga percaya lagi, bahwa saya sedang mengajar lewat esai ini, Kuliah Tauhid kepada seluruh peserta KuliahOnline.
Adduh, andai benar, saya benar-benar memohon Allah menjadikannya menjadi bait-bait doa agar apa yang tertulis menjadi kenyataan. Allah bimbing saya untuk mencari dunia dengan baik, dan memanfaatkannya dengan baik untuk kepentingan agama-Nya, dan hanya di jalan-Nya. Allah bimbing saya untuk senantiasa mensyukuri segala nikmat, dan meyakini bahwa Laa ilaaha illallaah, tidak ada sesuatu yang harus dikejar kecuali diri-Nya semata. Yang dengan demikian tidak seharusnya pencarian dunia, berhenti di sebatas mencari dunia itu saja. Terus dikonsentrasikan di pembesaran asma-Nya, di perbesaran manfaatnya.
SAYA MELIHAT DIRI SAYA. Ya, saya melihat saya! Saya masuk ke kehidupan saya…
Dan saya menemukan diri ini masih jauh dari tulisan di atas. Teramat jauh.
Jauuuuuuuuuuhhhh…
Duh, apa sanggup saya menuliskannya lagi bait-bait yang masih menari di hati ini?
Saya ingin berteriak kepada diri saya, tunjukkan kalau Anda benar!
Lagi. Saya melihat diri saya lagi. Wuh, benar! Jauh. Lihat saja. Allah memanggil saya.
Memanggil dengan azan. Lihat, saya tidak bergeming. Apakah ini yang disebut Laa ilaaha illallaah? Tidak ada urusan --harusnya-- kecuali urusan-Nya Allah yang harus lebih kita urus? Nyatanya, saya masih menomorduakan panggilan Allah.
Saya tahu Allah bakal datang. Sebab waktu shalat betul-betul sebentar lagi datang. Tapi saya malah masih nulis, bukan siap-siap menyambut kedatangan-Nya. Dan tidak pagi tidak siang tidak malam, di setiap waktu shalat, saya tahu jadwal shalat. Lalu, bukannya malah menunggu kedatangan Allah, malah jadi Allah yang menunggu saya!
Duh duh duh, lebih pantas rasanya saya menangisi diri ini.
Wahai Kamu! (Begitu saya seharusnya menunjuk hidung saya sendiri dengan jari). Kalau
Kamu benar tauhidnya, perlakukan Allah dengan benar. Perhatikan DIA. Tegakkan tauhid
dalam kehidupan Kamu! Jangan ada yang laen di hati Kamu, kecuali Allah. Jika ada urusan dunia, lalu Allah datang memanggil, ya segera tinggal saja. Tidak ada yang lebih penting di dunia ini kecuali menegakkan shalat. Maka bahagian menanti berkumandangnya azan adalah hal yang mestinya menjadi hal yang luar biasa.
Saya ingin berteriak kepada diri saya, buktikan kalau Anda benar! Benar tauhidnya. Benar sudah mengatakan Laa ilaaha illallaah. Nyatanya? Belum tuh.
Loh loh loh… Ntar dulu...
Sebenarnya, sedang dialog sendirian, nengajar… Atau sedang menulis sih?
Materi kuliah ini didownload dari www.kuliahonline.wisatahati.com Maaf wahai tanganku, saya sedang berdialog dengan diri sendiri.
Biarkan.
Biarkan ia terus menulis sekenanya.
Sesukanya.
Ya. Saya melihat saya. Jauh benar dari menjadikan Allah sebagai tujuan hidup. Ketika
mencari dunia, mau bersusah payah. Tapi giliran beribadah, gampang benar teriak lelah.
Shalat sunnah tidak dipaksakan untuk ditegakkan. Shalat berjamaah tidak dipaksakan untuk dikejar di shaf yang pertama. Kehadiran diri tidak digunakan untuk kepentingan sesama.
Setidaknya belum dimaksimalkan potensinya untuk ditujukan pada sebesar-besarnya
kepentingan sesama, dan agama. Keluarga masih terabaikan.
Kurangnya… banyak.
Itulah. Saya melihat saya.
Tapi, Laa ilaaha illallaah.
Tidak ada yang mengajarkan ilmu dan memberikan kesempurnaan langkah kecuali Allah.
Maka saya menghibur diri ini, Laa ilaaha illallaah. Biarlah Allah membimbing saya terus,
sehingga bisa menjadi hamba-Nya yang sesuai dengan apa yang digariskan-Nya.
Ah dunia. Saya tulis buku ini agar saya tidak susah mencari kamu wahai dunia. Tapi saya ingatkan juga diri saya, bahwa kamu itu tidak penting. Laa ilaaha illallaah. Tidak ada yang lebih penting kecuali Allah.
Saya tulis buku ini, sebab kasihan melihat diri saya yang sering kesusahan mencari dunia untuk menjaga kehormatan dan kemuliaan diri. Tapi betapapun, saya hidup di dunia ini.
Rasul pun mengajarkan doa agar kita memohon kepada Allah agar Allah membaguskan dunia
kita sebab di sini kita hidup. SAYA BERTUHAN ALLAH. MENGAPA setelah tuhan saya
adalah Allah, dan Allah adalah pemilik segala apa yang ada di dunia ini, LALU HIDUP
SAYA TETAP SUSAH? Atau merasa susah? Itu tandanya saya belum benar-benar bertuhan
Allah. Itu saja.
Eh saya, ayo maju terus! Sempurnakan terus ilmu dan ikhtiarmu. Jangan lupa terus memohon
bimbingan dari Allah.
Udah mau shubuh tuh. Ayo mandi. Siap-siap menuju masjid. Katakan kepada dunia, bahwa
kamu mau shalat shubuhan dulu. Kalau shalat shubuh sudah tidak disiplin, jangan harap ini
menjadi awal hari yang baik, untuk dunia kamu, untuk urusan permasalahan kamu, untuk
segala hajat kamu…
Loh, koq masih nulis terus? Katanya mau Shubuhan?
Iya iya. Saya akan segera berhenti mengetik, dan men-shut-down komputer ini. Makasih
yaaa.
---------
Salam. Yusuf Mansur. Kampung Ketapang, Senin 27 Agustus 2007, pukul 04.38 WIB.
(tulisan ini “sudah berulang tahun”. Sebab ia sungguh saya tulis tahun lalu, 1hr lebih cepat
dari saya meng-upload tulisan ini ke web www.wisatahati.com
dan dijadikan esai KuliahOnline. Mudah-mudahan Allah subhaanahuu wata’aala benar-benar menjadikan kita sebagai orang-orang yang mengEsakan-Nya, bertauhid hanya pada-Nya).

Jadwal Sholat Wilayah Indonesia

Twitter

adgitize

 

revolver map

my ping box

Temanku