Makna Ash-Shiraathal Mustaqiim (Jalan Yang Lurus)

Imam Ahmad meriwayatkan dalam Musnadnya dari an-Nawwas bin Sam'an r.a, dari Rasulullah SAW, beliau bersabda:

"Allah telah membuat sebuah perumpamaan shiraathul mustaqiim (jalan yang lurus), di dua sisi shirath (jalan)terdapat dua pagar. Di pagar tersebut terdapat pintu-pintu yang terbuka. Dan di pintu-pintu itu terdapat tirai-tirai yang terurai. Di depan shirath terdapat seseorang yang berseru: 'Wahai manusia, masuklah kalian semua ke dalam shirath ini dan janganlah berbelok.' Dan di atas shirath terdapat penyeru yang akan berseru, apabila ada seorang manusia yang ingin membuka pintu-pintu tersebut, penyeru di atas shirath berkata: 'Celaka (hati-hatilah) kamu, janganlah engkau membukanya. Jika engkau membukanya, niscaya engkau akan terperosok masuk ke dalamnya.' Shirath itu adalah Islam. Pagar-pagar itu adalah batasan-batasan Allah. Pintu-pintu yang terbuka itu adalah perkara-perkara yang diharamkan Allah. Penyeru di depan pintu shirath adalah kitabullah. Dan penyeru di atas shirath adalah pemberi peringatan dari Allah yang ada di dalam hati setiap muslim.

Tidak Mengenal Yang Maha Mulia

Tangerang, 04 Maret 2010

Di ruang sidang yang mulia... Shalat diulur-ulur...

Alhamdulillah, kita belajar dari para wakil kita di TV. Bagaimana mereka rapat paripurna. Menyebut-nyebut nama Allah, namun tidak tahu bahwa Allah sudah DATANG. Para mu-adzdzin, menyeru shalat, tapi mungkin suaranya tidak terdengar sampe ke ruang sidang yang mulia. Sayang bila tempat mulia dan bertujuan mulia, tidak mengenali Yang Maha Mulia, dan tidak memberi tempat buat Yang Maha Mulia. Semua mau bersuara dan diberi kesempatan bersuara. Bahkan marah ketika tidak diberi kesempatan. Tapi Allah Yang Maha Membungkam semua suara dengan kematian, tidak didengar seruan-Nya, panggilan-Nya. Semoga Allah memaafkan kita yang barangkali juga termasuk yang berkategori tidak mengenal Allah datang, senang membuat Allah menunggu kita lantaran tidak segera bergegas shalat, dan bahkan mungkin lalai shalatnya. Dan semoga kita bisa memperbaiki terus dan terus urusan fundamental buat hidup kita di dunia dan akhirat; yakni perkara shalat.

Waba\'du, mesti adalah di antara mereka yang rapat itu, orang-orang yang tetap istiqamah shalat di awal waktu. Mudah-mudahan dengan adanya 1-2 yang melayani Allah, menyambut Allah, ketika datang-Nya di waktu shalat, akan sanggup membuat Allah menunda azab-Nya untuk bangsa ini. Doa dari semua buat semua anggota dewan dan seluruh pimpinan negeri ini.
Salam, Yusuf Mansur.

Sedekah Ga Boleh Ngarep?

Tambahin terus ilmunya tentang sedekah, sabar, ikhlas, syukur, hingga tawakkal, do’a dan ibadah. Hingga Allah berikan hikmah-Nya.

(Jamaah) 0816167xxxx...

Formula 10x dan Ilmu NGISING Akhi “N….”

Hari ini saya sadar kesalahan saya. Tentang formula 10x.. Dan tentang ikhlas…
Now I find the answer. From a simple kid’s song, Kasih Ibu.
Kasih Ibu kepada beta
Tak terhingga sepanjang masa
Hanya memberi,
TAK HARAP KEMBALI
Bagai sang surya menyinari dunia

Jika saya bersedekah 250 juta kemudian berharap kembali 2,5 M di dunia ini untuk biaya F&T to chase their dream to Cambrigde (for finishing Computer Science – Fariz, and School of Business – Tifa) and to Cairo ( for finishing their hafizh and hafizhah ) just here, in this uncertain world. Oh my god, what a stupid i am. My lord offers me a long lasting relationship and his love, whereas i just choose a short wealth: 2.5 billion. Dumb me I got the deep insight this morning. If I sincere choose the long lasting relationship not only in here but until in the here after with my lord. He will give everything to me.

(Ustadz) Persoalan meminta sama Allah itu bukan persoalan ikhlas atau tidak ikhlas. Itu persoalan ibadah. Meminta adalah do’a. Silahkan saja sedekah tanpa berharap. Tapi kalau sedekah sambil berharap, maka dapat dua ibadah; pahala sedekah dan pahala berharap. Namun kita tidak boleh memaksa, hanya boleh meminta dah berharap. Dan bukanlah disebut meminta dan berharap, kecuali yakin bahwa apa yang diminta dan yang diharap adalah bisa dikabulkan. Ilmu penyertanya adalah sabar, tawakkal, juga ikhlas. Termasuk ikhlas bila Allah tidak mengabulkan. Husnudzan kepada Allah adalah seninya. Yakinlah Allah Maha Tahu apa yang terbaik. Sementara itu, mengikuti seruan-Nya, percaya akan janji-Nya; yang akan mengganti 2x, 10x, 700x, lebih banyak lagi, atau mengganti dengan yang lebih baik, adalah juga sebuah keutamaan. Tauhid itu. Percaya sekali sama Allah. Saking percayanya ya kita ikuti seruannya. Dan apa sebutannya kalo bukan ikhlas juga? Nyari duit setengah mati, tiba-tiba ketika datang ta
waran bersedekah dari Allah dengan janji akan dilipatgandakan-Nya, lalu kita percaya? Hingga kita menyerahkan semuanya? Apa gak di sebut ikhlas tuh? Bahwa kemudian jangan meminta hanya dunia, itu betul. Minta juga ampunan-Nya, keselamatan dari-Nya, kasih sayang-Nya, bisa hafal qur’an, bisa istiqomah, bisa tambah sehat. Pengetahuan akan ilmu konversi juga penting. Sesiapa yang sedekah 1 di kali 10. Lalu sepuluhnya gak dapet, pertanyaannya: benarkah gak dapat? Apakah itu dikarenakan bodohnya kita? Sesungguhnya Allah sudah membalas. Hanya balasannya kita gak paham hingga bertambah ilmu kita dan hikmah. Juga ketika kita baik sangka. Subhanallah, betapa rahasia ilmu Allah itu luas sekali. Belum lagi kalau bicara bahwa ternyata bayaran Allah itu terus dan terus. Kita anggap udah gak akan dibayar lagi. Ternyata setelah kita malah lupa sama do’a kita, eh Allah tetep kabulkan. Rupanya, “panen” pertama, bukan ke apa yang kita minta. Sementara kita bersabar, rupanya tanaman kita panen
yang kedua, ketiga, dan seterusnya hingga sampailah pada apa yang kita minta. Waba’du, meminta kepada Allah, tidaklah salah. Demikian juga berharap dari-Nya. Gak sedekah aja, boleh meminta, boleh berharap. Apalagi dengan bersedekah, tambah boleh meminta, tambah boleh berharap. Sesiapa yang berdo’a dengan amal soleh sebagai pendahuluannya, jelas akan lebih bertenaga do’anya. Dan amal soleh itu banyak, sedekah adalah hanya salah satunya. Begitupun do’a. Do’a akan menjadi pendorong yang hebat buat sedekah. Jangan hanya bersedekah. Tapi juga berdo’a. Di rawat itu sedekah dengan do’a. Jangan ditinggal begitu saja. Meskipun saya yakin, seperti biji cabe, yang di aurin aja dia tumbuh, namun jika dirawat, dikawal, hingga ia tumbuh banyak dan bagus, adalah sebuah keutamaan yang lain adanya. Selamat menuntut ilmu terus, terus, dan terus. Hingga sampai kepada hikmah yang kita mintakan dari Allah datangnya. Amin.

(Jamaah) Not only for what I explicitly mention, but even one I am not yet mention or ask via my du’a. He really knows what I need before I say to. So the main point for me is : How to win my Lord’s heart. Once Allah loves me, it is no need for me to worry anymore. He himself is enough for me. For a sincere charity, my brother teach me about ILMU NGISING. I am always thinking of it when I’m sitting onto my closet. And at last I got it when my elder brother Anto said to me : “Erny, the key to overcome all of your sorrow is to SINCERE. Put it in your heart and in your every single breath”.
I asked : “What is a sincere then?”
Anto said : “A sincere is something like ‘ngising’, you know? It is dirty to to talk to the other or even to remember it”
Allahu Akbar.
And my tears is flowing realizing all my fault in walking into my lord. I was in a miss direction. I was going away from Him, and I didn’t realised.

(Ustadz) Emang juga diam aja Allah udah akan aturin. Tapi kita ga dapet pahala do’a. bahkan do’a itu kepalanya ibadah. Jika ibadah, ibadah doangan, kaga berdo’a, maka kita hanya ampe leher. Itu ibadah ga ada kepalanya. Dengan berdo’a, itu menyatakan kelemahan kita juga di hadapan Allah Yang Begitu Kuasa. Sekaligus pernyataan-pernyataan menghamba, penuh harap, menjadikan Allah sandaran, dan lain-lain. Masya Allah dah. Rugi mereka yang ga mau berdo’a. Sedang do’a sendiri adalah sebuah ibadah tersendiri. Dan bahkan do’a adalah perintah Gusti Allah langsung. Ayat-ayat tentang do’a tidak hanya di satu ayat. Tapi di banyak ayat. Dan tidak ada do’a yang tidak dikabulkan kecuali ia menjadi pengampunan buat yang berdo’a, menjadi penolak bala, dan disimpan sebagai kebaikan yang lain dari hal yang tidak diminta. Nah, apakah yang tidak berdo’a bakalan dapat keistimewaan yang berdo’a? tentu saja tidak. Alhamdulillah. Saya sengaja berkenan jawab, sebab saya mau taro di website www.wisatahati.com, di kuliahonline, di kuliah dhuha, di BB, di Facebook, dll. Alhamdulillah

Kisah Bangsa Yahudi yang Meminta Raja (2)

Nabi mereka mengatakan kepada mereka:"Sesungguhnya Allah telah mengangkat Thalut menjadi rajamu." Mereka menjawab, "Bagaimana Thalut memerintah kami, padahal kami lebih berhak mengendalikan pemerintahan daripadanya sedang dia pun tidak diberi kekayaan yang banyak." Nabi (mereka) berkata: "Sesungguhnya Allah telah memilihnya menjadi rajamu dan menganugerahinya ilmu yang luas dan tubuh yang perkasa." Allah memberikan pemerintahan kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Mahaluas pemberian-Nya lagi Maha Mengetahui. (QS.2:247)

Ketika Bani Israil meminta Nabi mereka mengangkat seorang raja dari kalangan mereka sendiri, maka Nabi mereka pun menetapkan Thalut sebagai pemimpin mereka. Thalut adalah salah seorang dari bala tentara Bani Israil, bukan dari kalangan kerajaan, karena pemimpin mereka terdahulu berasal dari keturunan Yahudza. Sedangkan Thalut bukan dari keturunan Yahudza, sehingga mereka berkata, "Bagaimana Thalut memerintah kami." Maksudnya, mana bisa ia menjadi raja yang memerintah kami. Ia hanya seorang yang miskin, tidak mempunyai harta untuk menjalankan pemerintahan. Ada yang mengatakan bahwa ia hanya seorang pembawa air. Ada juga yang mengatakan tukang penyamak kulit. Ini adalah pembangkangan mereka, di mana seharusnya mereka taat dan mengucapkan kata-kata yang baik.

Kemudian Nabi mereka memberikan jawaban sebagaimana dalam firman Allah "Sesungguhnya Allah telah memilihnya menjadi rajamu." Yakni, Allah telah memilih Thalut dari kalangan kalian sendiri sebagai raja yang memimpin kalian. Dan Allah Ta'ala lebih mengetahuinya daripada kalian. Nabi mereka berkata:"Aku tidak menentukannya berdasarkan pandanganku sendiri, tetapi Allah-lah yang memerintahkanku untuk memilihnya, karena kalian telah meminta hal itu kepadaku."

"Dan menganugerahkan kepadanya ilmu yang luas dan tubuh yang perkasa." Artinya, meskipun demikian, Thalut lebih berilmu dan lebih cerdik daripada kalian. Ia lebih perkasa, lebih kuat, dan lebih sabar dalam peperangan. Ilmunya pun lebih sempurna dan lebih tegar daripada kalian. Difahami dari keterangan di atas bahwa seorang yang layak menjadi raja adalah orang yang mempunyai ilmu pengetahuan, memiliki bentuk tubuh yang bagus, dan sangat kuat dalam hal fisik maupun mental.

Setelah itu, Allah berfirman "Allah memberikan pemerintahan kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya." Maksudnya, Dia-lah yang Maha Bijaksana yang melakukan apa saja yang Dia kehendaki. Dia tidak dimintai pertanggungjawaban atas apa yang Dia kerjakan, justru merekalah yang akan dimintai pertanggungjawaban. Hal ini karena ilmu, hikmah, dan kasih sayang-Nya kepada semua makhluk-Nya. Oleh karena itu Dia berfirman "Dan Allah Mahaluas pemberian-Nya lagi Maha Mengetahui." Artinya, karunia-Nya Mahaluas, Dia khususkan rahmat-Nya bagi siapa yang Dia kehendaki, dan Maha Mengetahui siapa yang berhak memegang pemerintahan dan siapa yang tidak berhak atasnya.

Kisah Bangsa Yahudi yang Meminta Raja (1)

Apakah kamu tidak memperhatikan pemuka-pemuka Bani Israil sesudah Nabi Musa, yaitu ketika mereka berkata kepada seorang Nabi mereka: "Angkatlah untuk kami seorang raja supaya kami berperang (di bawah pimpinannya) di jalan Allah." Nabi mereka menjawab, "Mungkin sekali kamu nanti diwajibkan berperang, maka kamu tidak akan berperang.' Mereka menjawab, "Mengapa kami tidak mau berperang di jalan Allah, padahal sesungguhnya kami telah diusir dari kampung halaman kami dan dari anak-anak kami?" Maka tatkala perang itu diwajibkan atas mereka, mereka pun berpaling, kecuali beberapa orang saja di antara mereka. Dan Allah Maha Mengetahui orang-orang yang zhalim. (QS.2:246)

Mujahid berkata:"(Nabi tersebut) yaitu Syamuel a.s, Wahb bin Munabbih dan lainnya berkata:"Dahulu Bani Israil sepeninggal Musa a.s berada di atas keistiqamahan selama beberapa masa. Kemudian mereka melakukan berbagai pelanggaran. Sebagian dari mereka menyembah berhala. Namun senantiasa ada di tengah-tengah mereka para Nabi yang menyuruh mereka kepada yang ma'ruf dan melarang mereka dari yang munkar, serta menegakkan mereka di atas hukum Taurat. Sampai akhirnya mereka melakukan apa yang telah mereka lakukan, hingga akhirnya Allah memberi kekuasaan atas musuh-musuh mereka.

Sebagian dari mereka terbunuh dalam sebuah peperangan yang luar biasa dahsyat. Banyak dari mereka yang tertawan. Musuh-musuh berhasil menguasai banyak negeri-negeri mereka. Tidak ada seorang pun dari mereka yang memerangi musuh-musuh tersebut melainkan musuh berhasil mengalahkannya.

Pada awalnya di sisi mereka terdapat kitab Taurat dan Tabut yang sudah ada sejak zaman dahulu kala. Tabut itu diwarisi dari generasi ke generasi, sampai silsilahnya kepada Musa al-Kalim a.s. Namun ketika mereka hanyut dalam kesesatan, sebagian dari raja-raja berhasil merampas Tabut itu dari mereka dalam sebuah peperangan. Kitab Taurat terlepas dari tangan mereka. Tidak ada yang menghafalnya kecuali segelintir orang saja.

Dan terputuslah nubuwwah (kenabian)dari anak keturunan mereka. Tidak tersisa dari anak keturunan Laawi yang darinya banyak muncul para Nabi, kecuali seorang wanita yang hamil dari suaminya. Suaminya telah terbunuh. Mereka mengambil wanita ini dan mengkarantinanya dalam sebuah rumah. Mereka menjaganya dengan harapan semoga Allah mengkaruniainya seorang anak laki-laki yang kelak menjadi Nabi bagi mereka. Wanita itu terus berdoa kepada Allah SWT agar mengaruniainya seorang anak laki-laki. Allah mendengar doanya lalu mengaruniainya seorang anak laki-laki. Ia menamainya Syamuel. Artinya Allah mendengar doaku. Ada yang mengatakan bahwa nama Syam'un, maknanya sama dengan Syamuel.

Lalu anak laki-laki itu tumbuh dewasa di tengah-tengah mereka. Allah menumbuhkannya dengan pertumbuhan yang baik. Ketika sampai usia kenabian, Allah mewahyukan dan memerintahkan kepadanya untuk berdakwah kepada agama Allah dan kepada tauhid. Ia mendakwahi Bani Israil. Bani Israil memintanya agar Allah memberikan seorang raja bagi mereka sehingga mereka bisa memerangi musuh-musuh mereka bersamanya. Pada saat itu mereka tidak memiliki seorang raja. Maka Nabi ini berkata kepada mereka: "Barangkali apabila Allah memberikan seorang raja kepada kalian, nanti kalian tidak akan mau melaksanakan apa yang kalian minta, yaitu berperang bersama raja itu".

Bekerja dengan Allah, Bekerja untuk Allah

Jadi, ibadah adalah sebuah ikhtiar juga, karena ia adalah kerjaan yang membutuhkan kesediaan waktu, energi, biaya, dan lain sebagainya.

Inilah yang disebut bekerja dengan Allah dan untuk Allah. Karena judulnya bekerja dan berusaha untuk Allah, ya ada bayarannya. Siapa yang bayar? Ya Allah! Dan karena bayarannya dari Allah, ya besarnya berbeda dengan bayaran hasil keringatnya sendiri. Subhanallah.

Kalau di bait-bait di atas contohnya adalah sedekah, sekarang kita coba ambil contoh lain lagi; yaitu shalat malam.

Untuk bisa shalat malam kita harus lembur mengorbankan waktu kita meski hanya sekedar dua rakaat. Ya, saya menyebut dua rakaat itu sebagai "lembur". Sebab, kan kita menganggap shalat malam sebagai pekerjaan sambilan. Lagi bangun ya mengerjakan, tidak bangun, tidak mengerjakan. Malah tidak sedikit yang menganggap "pekerjaan" tahajjud sebagai pekerjaan yang nambah beban keletihan setelah sepanjang hari bekerja. Padahal, "sekadar" dua rakaat saja shalat tahajjud, ternyata bayarannya jauh lebih besar daripada seorang karyawan bekerja seharian penuh. Mengapa bisa beda?! Sebab si karyawan bekerja di siang harinya dia bekerja untuk manusia. Sedang di waktu malam, dia shalat malam, Allah menghitungnya sebagai ibadah. Ibadah'kan artinya menghamba sama Allah. menjadi 'abid-Nya, menjadi pelayan-Nya. Dan ini juga pekerjaan. Makanya, karena kerjanya sama Allah, maka bayarannya subhanallah pasti lebih besar daripada kerja sama manusia.

Lihat saja bayaran Allah untuk "pekerjaan" yang satu ini, pekerjaan tahajjud; siapa yang shalat dua rakaat di tengah malam, khairun minaddunyaa wa maa fiihaa, maka baginya lebih baik pahalanya (kebaikannya)di sisi Allah daripada dunia dengan segala isinya.

Mencari Rezeki Cara Mudah, Mencari Rezeki Cara Repot

Saudaraku, dalam urusan mencari rezeki, mencari dunia-Nya, Allah memberikan cara yang gampang bagi manusia, memberikan cara yang mudah bagi manusia. Tapi manusia senangnya memilih cara yang repot, cara yang sukar. Padahal Allah tentu yang paling tahu tentang kunci-kunci perbendaharaan rezeki-Nya.

Allah menyebut kunci segala kunci bagi manusia itu adalah dengan beribadah kepada-Nya.

Sedekah, shalat malam, memberi makan anak yatim, menyenangkan hati yang berduka adalah "hanya sekian" dari apa yang disebut sebagai ibadah. Bila ibadah diperbaiki, maka kehidupan pun akan menjadi lebih baik lagi. Namun bila ibadah buruk, maka kehidupan buruk yang akan terhidang. Ibadah biasa saja, hidup pun akan biasa saja. Tidak ada yang istimewanya bagi yang tidak mengistimewakan Allah.

Bila nampak dunia yang bagus, tapi di tangan orang-orang yang tidak rajin beribadah, jangan buru-buru silau. Kiranya itu kebaikan dari Allah, barangkali sebab ilmu dunia dan usaha orang itu sendiri. Namun dia hanya memiliki dunia-Nya, tidak memiliki diri dan keridhaan-Nya. Alangkah cantiknya bila seseorang memiliki dunia dan juga memiliki Allah sebagai Pemilik dunia. Itu bisa ditempuh dengan satu ayunan langkah: ibadah. Tentu dengan memperluas seluas-luasnya cakupan ibadah yang dimaksud sebagai seluruh gerakan, rasa dan pikiran seorang hamba kepada Sang Khaliq.

Tapi apa boleh buat, ketiadaan ilmu yang barang kali membuat seseorang tidak mengetahui bahwa dia bisa punya energi dan kemampuan yang akan melipatgandakan hasil keringatnya, hasil tenaga dan pikirannya. Yakni tadi, lewat jalan ibadah.

Jadwal Sholat Wilayah Indonesia

Twitter

adgitize

 

revolver map

my ping box

Temanku