TEH MANIS : MERAIH DUNIA DENGAN KESABARAN (1)

Gula itu selalu manis. Pasti! Manisnya gula gula selalu mengundang semut untuk mendekat dan menjamahnya sehingga ada pepatah yang mengatakan, ada gula ada semut.

Keberadaan gula dengan semut menjadi identik. Gula yang manis, apabila tidak terbungkus rapi, mudah dijamah semut. Wajar kiranya jika kita berpesan kepada "orang manis" untuk berhati-hati agar tidak hilang kemanisannya.

Layaknya garam, gula juga menjadi teman sehari-hari manusia. Seakan tiada hari tanpa gula dan garam.

Begitulah gula. Ia hanyalah satu dari sekian ayat keberadaan Allah. Tuhan Yang Agung. Lihatlah, bagaimana gula bisa saling melengkapi keindahan rasa, berpacu dengan garam dan bumbu-bumbu dapur lainnya, "berkorban" demi apa yang dinamakan kepuasan rasa manusia.

Luqman suka sekali minum teh manis. Menurut penelitian yang pernah didengar Luqman, satu sendok kecil gula yang dicampur dengan teh panas akan mampu merangsang badan hingga mencapai kesegaran. Apabila diminum pada pagi hari, teh akan mengawali kecerahan, dan apabila diminum pada sore hari, teh manis akan mengembalikan kesegaran setelah kepenatan bekerja.

Dunia itu ibarat gula : manis. Ia akan mengundang siapa saja yang ingin mereguknya. Hanya dengan jalan kesabaran, keindahan dunia terasa indah.

"Dan tiadalah ia dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tiadalah ia dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keberuntungan besar."
(QS Fushshilat [41] : 35)


"De... De... teh manisnya mana?" tanya Luqman kepada istrinya, Maemunah.
"Tehnya sudah dari tadi saya taruh dimeja"
"Wah... kok nggak bilang dari tadi?"
"Saya tadi udah bilang. Kakaknya aja yang terlalu asyik baca koran!"
Luqman beringsut, melangkah ke meja.
"Waduuuh...!" tiba-tiba Luqman berteriak kecil. Ia tertegun.
"Ada apa?" tanya Maemunah kaget, sambil melangkah mendekat.
"Disemutin!"

Teh tersebut dikerubungi semut. Hal biasa, seolah merefleksikan ungkapan "dimana ada gula di situ ada semut." Rupanya, semut-semut itu "mendahului" Luqman menyeruput teh manis di atas meja.

Ya sudah, Luqman mengalah. Ia meminta sang istri membuatkan teh manis baru.

Satu hal yang membuat Luqman tertegun adalah ketika ia pandangi kerumunan semut itu. Semut yang "mendahului" Luqman mencicipi teh manis semuanya mati. Tidak ada yang tersisa. Benar--benar tidak ada yang tersisa! Ada yang mati di pinggir cangkir, ada yang mati di pinggir tatakan cangkirnya, dan yang terbanyak mati di tengah cangkir. Mengambang di atas air teh manis tersebut.

Tiba-tiba ia merasa ada getaran hikmah yang hadir di hatinya.

Kesia-siaan. Itulah hikmah yang tersembunyi dari pemandangan pagi itu. Bagi para semut itu, alih-alih mendapatkan makanan, alih-alih merasakan nikmatnya gula, malah kematian yang didapat.

Semut mau mendatangi teh manis karena "undangan tidak tertulis" dari manisnya gula. Mereka memandangnya sebagai sebuah kenikmatan dan makanan bagi kehidupan mereka; mengabaikan pertimbangan akal. (Lagipula, emang ada semut yang mempunyai akal!).

Luqman pun merasakan adanya petikan hikmah yang mampu menghujam relung-relung hatinya. Ia sampai pada satu simpulan bahwa demikian pulalah nasib yang akan dialami oleh orang-orang yang mengejar keindahan dunia tanpa mempertimbangkan kehadiran akal dan menafikan keberadaan Allah sebagai pengawasnya. Apalagi kalau mengejarnya dilakukan secara instan dengan cara memotong kompas. Semakin dikayuh dengan cepat tanpa perhitungan yang matang, akan semakin lekas pula terempas.

Comments :

0 komentar to “TEH MANIS : MERAIH DUNIA DENGAN KESABARAN (1)”

Posting Komentar

Jadwal Sholat Wilayah Indonesia

Twitter

adgitize

 

revolver map

my ping box

Temanku